Home » » Bengawan Solo Sebagai Sarana Penyeberangan Tradisional

Bengawan Solo Sebagai Sarana Penyeberangan Tradisional

Bengawan solo adalah sungai terpanjang di pulau jawa menurut pelajaran yang saya terima dari bu guru waktu SD. Sungai Bengawan Solo melewati propinsi jawa tengah dan jawa timur. Saya hanya mengetahui persis sungai ini melewati kecamatan Rengel baik desa kanor, desa Ngadirejo, desa sumberjo dan desa campedan. Sedangkan seberang dari sungai bengawan solo merupakan wilayah kabupaten bojonegoro. Sekedar informasi, jarak bengawan solo dengan rumah ibu sekitar 3 km. Setelah tulisan sebelumnya mengenai menyeberang jalan sembarangan, kali ini saya menyajikan menyeberang sungai tidak sembarangan karena kalau tidak bisa berenang bisa terhanyut.


Masyarakat yang berada di wilayah bojonegoro lebih memilih rengel sebagai pusat perekonomian mereka. Wilayah kecamatan kanor bojonegoro jauh dari pusat kota bojonegoro dan kota kecamatannya pun tidak seramai kecamtan rengel. Sehingga mereka berbondong-bondong menuju pasar desa rengel yang terletak 1 km dari rumah ibu saya. Belum adanya jembatan yang menghubungkan kedua wilayah ini tidak menyurutkan semangat juang penduduk kanor atau sebaliknya. Masih ada jasa angkutan tradisional berupa perahu diesel dengan maksimal muatan 15 sepeda motor. Moda transportasi ini mempunyai dua armada agar bisa melayani dari sisi kanor dan dari sisi rengel. Aset perahu ini milik desa Ngadirejo yang tiap beberapa tahun diadakan lelang untuk menentukan operator dari kedua perahu ini.

Bengawan Solo
Bengawan Solo


Angkutan perahu tradisional ini sudah ada sejak saya kecil tahun 1990 bahkan bisa sebelumnya sudah ada perahu ini. Nilai dari dua perahu ini sangat berharga bagi penduduk kanor dan rengel karena menjadi salah satu ujung tombak perekonomiannya. Kalau tidak ada dua perahu ini haru muter sekitar 30 km untuk sampai di kecamatan rengel. Sepertinya tidak mungkin dibangun jembatan dengan segera dengan alasan daerahnya terpencil dan bukan prioritas pembangunan yang mendesak.



133 komentar:

  1. padahal banyak yang membutuhkan jembatan ya mas gus, hanya saja memang karena di pemerintahan kita ada skala prioritas, jadi sudah pasti ada yang disampingkan pembangunannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya betul mas, belum tepat sasaran dan belum merata pembangunan Indonesia

      Delete
    2. pake swadaya masyarat gimana bro hehe ( nimbrung )

      Delete
    3. harusnya merata ya... pakai uang rakyat yang dikorup pejabat aja heheeh

      Delete
    4. makanya kita doakan yang baik-baik buat pemerintah.. klo di tuduh korupsi terus.. entar tambah semangat korupsinya.. heeehe

      Delete
    5. swasembada bisa juga sih pak, tapi sungai bengawan kan lebar banget...pasti butuh dana milyaran tuh

      Delete
    6. justru masyarakat terpencillah yang harus jadi prioritas...kalau gituh adanya, gimana jika WAHAI KEPADA MASYARAKAT TERPENCIL DISELURUH INDONESIA..2014 NANTI, KALIAN SEMUA JANGAN MENGGUNAKAN HAK PILIH ANDA, GUNAKAN HAK PILIHNYA JIKA DAERAH ANDA SUDAH TIDAK DIANGGAP TERPENCIL LAGI OLEH PUSAT!!!...nah..gimana kalau gituh!!

      Delete
    7. ko kerasan
      tinggal di daerah terpencil ahg pedesaan
      ga ada jembatan
      juga bisa internetan
      duh pasti sepi dan nyaman
      berteman jangkrik dan bulan
      juga malam diantarj kunan2 beterbangan ..

      Delete
    8. waw.. baca puisi sambil dodok nih

      Delete
    9. pemerintah memang meprioritaskan yang kelihatan dan memiliki nilai jual "suara" yang menjanjikan, hehe
      kalau dana suwadaya pasti habisnya banyak, lebar sunga bengawan solo sekitar 300 meter bahkan lebih jika di buatkan jembatan, dengan dana yang tidak sedikit pasti akan berpikir beberapa kali lipat untuk membangun jembatan ini. biarlah masyarakat hidup dengan kebiasaannya yaitu menyeberang tradisional dan itu di manfaatkan oleh tukang tambang perahuu untuk mencari nafkah yang hahal.

      Delete
    10. bener Mas, politik berperan dominan memang. semprul ya

      Delete
    11. si semprul itulah ternyata yang bermasalah...

      Delete
    12. ternyata masalahnya ada pada semprul tho, jadi diskusi klir sudah nemu akar permasalahan,

      Delete
  2. kala kondisi banjir sangat memprihatikan sekali...
    tapi penyeberangan perahu itu bisa untuk mata pencaharian warga sekitar

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, untuk yang satu ini saya sepakat

      Delete
    2. saya juga setuju dengan komentarnya mbak Iis sama mas zac...

      Delete
    3. masa matanya di cari.. kan sudah pada punya mata...

      Delete
    4. memang Mbak iis, tapi itu cuma segelintir orang saja, bahkan di bisnis penyeberangan ini ada mafianya juga lho, mereka mengklaim daerah tertentu dan kadang nggak mau berbagi

      Delete
    5. Sepakat itu karena kancaku juga jadi juru penyeberangan dengan rakit gitue. Jadi aku sering nyeberang gratis gitu.
      Waduh ga tau mbayar, Mungkin aku malah yang di kata Mbak Khuna mafia..

      Delete
    6. sebenarnya perahu atau tambangan itu milik pemerintah desa dengan di lelang kepada publik , jadi pengelolaan oleh pribadi yang membuat tarif juga di sesuaikan oleh pemilik tadi, apakah ini bisa di katan mafia ya mbak, hehe
      nah kalau pertemanan ini masuk di ranah perkoncoan mas, hehehe
      paling tidak masih bisa di manfaatkan untuk mencari nafkah bagi orang sekitar

      Delete
    7. bukannya perkoncoan sudah dilarang dikampus2 kang?!

      Delete
    8. perkoncoan dan perkoplakan itu tidak dilarang asal di gunakan dengan baik dan benar, betul ?

      Delete
  3. di daerah sekitar kec. sepanjang sidoarjo ada juga mas Angkutan perahu tradisional kayak gitu :D disebut nambang sama orang2 sekitar :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. oiyah mas :) ijin tukar link, Link nya sudah terpasang di blog saya :)

      Delete
    2. betul mas namanya rolak gunung sari ya mas, masih banyak yang menggunakan jasa penyeberangan ini, antara karang pilang, gunung sari menuju sepanjang .
      baik mas saya pasang link nya
      terima kasih ya mas

      Delete
  4. itu sampan bisa muat motor banyak juga ya, keren tapi kalau mobil bisa kagak ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. kenapa mobil ?? bisa sih kalau mobil-mobilan,,,

      Delete
    2. pakai mobil knock down bisa ya ..

      Delete
    3. kalau knock down, yang diangkut rodanya dulu...balik lagi, angkut mesinnya...*halah

      Delete
    4. Bsa bisa Banget kemarin aku juga nyebrang bersama keponakanku bawa motor sama mobil dua

      Delete
    5. jangan kan mobil, kontainer pun bisa kok.....bisa tenggelam, hehehe

      Delete
    6. traktor boleh masih muat kok mas

      Delete
  5. Semoga saja lancar-lancar saja Cak Gus perahune ,yang penting jangan melebihi kapasitas saja muatane,,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. siip
      (ngebayangin tukang perahu)

      Delete
    2. dan ingat istri dirumah heheeh

      Delete
    3. coba di sediakan kapal feri sekalian...

      Delete
    4. beliau tukang perahunya sudah apal kok kang dede muat berapanya gitu, tapi yang pakai sepeda ontel juga masih banyak.

      feri ariawan itu siapa ya apakah tetangga saya ?

      Delete
    5. nama saya jadi mirip artis gituh?!...tapi keren kan sayah

      Delete
    6. kalau kang hadi itu lebih pantas jadi kades aja jangan jadi artis, bahaya

      Delete
  6. padahal keberadaan jembatan sangat diperlukan disini ya Mas untuk makin menghidupkan ekonomi daerah setempat. apa daya, nggak terlihat sama pemerintah rupanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin pura - pura ndak kelihatan sama pemerintah, atau matanya lagi sliweran ... hhehehe

      Delete
    2. mungkin kota tak terliat mang

      Delete
    3. ntar kulihat
      kalau aku dah jadi pejabat
      tapi sekarang masih jadi rakyat
      jadi aku harus semangat

      Delete
    4. kalau di kabupaten bojoneogoro di kecataman trucuk dan kalitidu di bangun jembatan penghubung karena urgent sekali, masyarakat turuk kalau mau ke bojonegoro kota harus muter 20 km , jika ada jemabatan jaraknya cuma 5 km.

      kayaknya suasana perang nih ada bambu runcing segala

      Delete
    5. 20 km dengan 30 km kan jauhan 30 km...kepiye to iki

      Delete
    6. ndak ada 30 km tuh kang ci... ada juga 35 Km jadi jauhan 35 Km

      Delete
    7. lha iya orang yang nulis pasti lagi stres nih

      Delete
  7. mamang doakan dah semoga pemerintah melirik dan membangun jembatan mamang siap mengerjakan jembatanya tapi ndak geratis loh... ( promosi hehhee)

    ReplyDelete
  8. kenapa gak di buat jembatan aja, kayak suramadu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. rencana malah dibuat jembatan ampera pak..

      Delete
    2. kalau di buat jembatan seperti jembatan petekan surabaya pasti keren , bisa di buka dan di tutup. hehe

      Delete
  9. Waduh, kalau perahunya banyak goyang karena arus air, apa gak kecebur motornya ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau pas arus deras, biasanya sampan juga nggak mau nyeberangkan Mas. Di Nglames, Madiun dulu gitu,,,sekarang sudah nggak ada lagi tukang sampan karena sudah ada jembatan besar

      Delete
    2. biasanya motornya dilenkapi pelampung mas..

      Delete
    3. Perahunya dikasih pelampung gak mas Boku .. he he

      Delete
    4. biasanya motornya di tinggal mas, yang nyebrang cuma orangnya

      Delete
    5. kalau alirannya deras ya ngikut arus aliran air mas, tidak melawan arus jadi itu siasatnya,

      yuk kita nyemplung bareng

      Delete
  10. Pak Agus, saya dulu waktu tinggal di Madiun sering nyeberang pakai sampan (gethek) kayak gitu...terutama kalau mau ke kampung seberang Sungai Bengawan...waktu itu jembatannya belum dibangun selebar yang sekarang, lagipula kalau mau lewat jembatan jalannya agak jauh, so praktis nyeberang pakai gethek...tapi saya selalu nggliyeng dan mabuk nyeberang, lihat arus air kepala langsung berputar-putar...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nglangi malah dekat Mbak khusna..

      Delete
    2. kebetulan saya nggak bisa nglangi Pak Lulus...bisanya gaya batu saja

      Delete
    3. jangankan gaya kodok, gaya kura2 juga lincah

      Delete
    4. oh di nglames sana juga nasibnya seperti ini ya mbak dulunya, kalau di rengel masih menyeberang dengan perahu. hehe
      pasti bisa berengan dengan gaya dada, sambail melambai tangan dada

      Delete
  11. saya taunya bengawan solo itu cuma dari lagu sob...belum pernah liat langsung

    ReplyDelete
  12. mudah2an secepatnya dibuatkan jembatan, kasihan juga penduduk sekitar kalau terus seperti itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin..semoga aja cepet di bangun ya mas, kayak jembatan suramadu bisa di tempuh dengan bison dari wonokromo

      Delete
  13. Kalau hujan mesti daerah Tuban, Bojonegoro, lamongan seringnya kena banjir ya Mas Agus..? sekarang apa masih demikian Mas..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kadang juga telat tiga bulan

      Delete
    2. masi banjir mas, air kiriman dari hulu sana jee..rumah ibu saya kalau banjirnya besar pasti kemasukan. rumahnya seperti tambak

      Delete
    3. ikannya banyak mang, bahkan bisa menjadi ladang mata pencaharian

      Delete
  14. Kasihan juga ya bang, misalnya pmrntah membangun jembatan dsitu yg punya perahu mata pencaharian mereka putus nanti dikasih mkan apa ank istrinya...serba salah ya bang

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali mas fian, tapi alangkah baiknya di bangun jembatan karena orang yang mencari nafkah dengan lancarnya transportasi lebih banyak jee

      Delete
  15. Ya ampun...jaman udah canggih masih ada penyebrangan spt itu yah? lah klw banjir gimana coba?
    kan kasihan sama warga sekitar..ckckckck ini pemerintahnya gimana sih ....?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya nggak gimana mana mbak ckckck

      Delete
    2. di Jakarta aja masih ada kok

      Delete
    3. kalau banjir masih tetep nyeberang kok mbak, hehe
      apalagi di nduesooo

      Delete
    4. di Jakarta juga masih banyak yang pakai perahu, padahal ke jembatan ndak jauh - jauh amat ...

      Delete
  16. di bojonegoro ada jembatan
    malah aku pernah jalan
    dan menyeberang naik kendaraan
    saat disana liburan
    tapi lupa tempat dan nama kecamatan

    hehe

    disekitar bengawan solo rawan kebanjiran

    susah kalau dah musimnya harus kepengungsian ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. pasti di kecamatan pucuk yang menghubungkan kecamatan kalitidu dengan pucuk deh, hehehe
      emang jembatan baru kok mbak

      Delete
  17. Malam mas agus setya!maaf baru bisa mampir.
    Trauma saya klo naik perahu,hal buruk pernah terjadi!

    ReplyDelete
    Replies
    1. pasti pernah mau tenggelam ya kang hehe....

      Delete
    2. pasti pernah ngguling perahu nya ya mas, terus mabuk laut gitu

      Delete
  18. wah kalo saya malah belum pernah ke bengawan solo mas, makasih infonya mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau sekali-kali pasti asik mas, buat rekreasi keluarga gratis lho, hehe

      Delete
  19. Masih ada juga ya Mas model perahu penyeberangan seperti ini. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. masih banyak kok mas, memanfaatkan keadaan yang ada lha tidak ada jembatan e jee mas

      Delete
  20. Di sungai perbatasan Jawa Tegah jawa barat ada persis spt itu

    ReplyDelete
  21. yang pasti ini lebih menantang ya mas, apalagi yang dayung lumayan bisa buat olahraga juga :) iya kan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. dulu sih menggunakan dayung tapi sekarang sudah pakai diesel mas, lebih keren kan

      Delete
  22. Ni Penyebrangan pake perahu ber mesin disel gitu maksutnya Sob. Di hulu bengawan solo peng hubung antar desa bahkan hinga kini masih ada penyeberangan dengan rakit maupun perahu yang hanya mengandalkan tali tambang yang membentang menghubungkan dua sisi bengawan solo gitue..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas, menggunakan diesel karena jaraknya yang jauh dan arusnya juga deras.
      kalau bengawannya surut yang pakai dayung.

      Delete
  23. wah sampannya kuat juga bisa ngangkut motor sampai banyak, wkwkwkwkwk kaya kapal Fery, hahahahah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sudah minum jamu kuat kok mas deket rumah situ, enak kan kalau habis jamu jadi greng

      Delete
    2. brp liter mas, bbm naik jamu naik gk, wkwkwkkwkwkwk

      Delete

Silakan Tinggalkan Komentar Sesuka Hati, Bebas
Link Hidup ? Jangan Deh

Blog Archive