Leher Terjerat Benang Layang-Layang

Masih seputar cerita saya, istri dan gl pro. Hari Sabtu tanggal 7 Juni 2014 saya mengantarkan istri menuju Kota Krian naik motor gl pro. Beda dengan gl pro biasanya, saat itu sore hari sekitar pukul 16.30 saya menggunakan motor gl pro milik adik saya. Sebab, motor gl pro saya lagi di servis oleh adik saya sendiri, yang seorang mekanik. Dari pada ribet saya pulangnya naik motor, lebih baik tukar motor terlebih dahulu. Sebenarnya juga bukan tukar motor, pasalnya motor kita sama, sama-sama gl pro cuma beda tahun. Berhubung motor adik saya ini lebih responsif atau lebih enak tarikannya, saya main tarik gas aja di jalan yang sepi. Kira-kira jalan di kecepatan 80 Kpj.

gambar Gl Pro Modifikasi

Tiba-tiba leher terasa panas dan perih seperti di sengat binatang, dengan reflek saya pegangi leher saya, ternyata ada benang atau senar layang-layang yang terbentang di tenga jalan. Dasar emang lagi rejeki saya, kenapa kok tidak mengenai pengendara depan saya. Motor saya kurangi kecepatan sampai dengan 50 meter leher saya teriris oleh benang tersebut baru putus. Berhenti sejenak untuk memastikan keadaan tidak apa-apa kemudian saya lanjut perjalanan.

leher kena benang

Terasa perih, panas dan sakit namun tidak sampai mengeluarkan darah, alhamdulillah pikir saya. Dan saya masih bisa meneruskan perjalanan hingga tujuan sampai balik lagi kerumah dengan menahan perih di leher. Kembali  seperti cerita gl pro di srundul mobil, di jalan raya itu semuanya bisa terjadi, baik saat kita sudah hati-hati apalagi kita ceroboh. Saat saya masih kecil dulu, pernah bermain layang-layang dan di beri nasihat oleh orang tua, jika bermain layang-layang jangan di jalan raya, satu, supaya yang bermain layang-layang tidak tertabrak kendaraan, dua, supaya pengendara tidak celaka akibat ulah pemain layang-layang. Celaka karena kita konsentrasi bermain layang-layang sedangkan ada kendaraan lewat yang tidak kita perhatikan, kedua karena benang yang berserakan di jalan raya, apalagi terbentang seukurang leher, sangat membahayakan.

Di jalan yang sepi seperti itu celaka bisa datang dari manapun. Doa dan ingat kepada sang pencipta di jalanan menjadi perisai bagi diri kita dan orang lain yang berkendara di jalan raya. Semoga kita semua terhindar dari marabahaya yang datangnya dari manapun.

Bahagia Kok Sederhana

Siapa yang tidak ingin bahagia?Bahagia itu sendiri ada di hati hanya yang punya hati yang bisa merasakannya dan setiap orang berbeda merasakan kebahagiaannya. Dan saya sendiri menyandingkan rasa bahagia itu dengan bentuk syukur. Misal saya tiap hari bekerja naik kereta api berangkat pagi pulang malam. Saya mensykurinya karena saya bisa bertemu dengan keluarga tiap hari, dan itu menjagi kebahagiaan bagi saya. Dibandingkan dengan naik bis dan naik motor, saya lebih untung dengan naik kereta api. Jika saya tidak bersyukur dan berandai-andai, jika saja saya bekerja di Mojokerto dsb (bukan bermaksud tidak boleh berandai-andai) pasti enak. Dan saya tidak pernah mengeluhkan tentang apa yang saya alami, saya menikmatinya dan saya bisa menemukan dunia sendiri saat menggunakan transportasi kereta api.

kereta api dhoho

Bentuk kebahagiaan kecil tetapi rasa bahagianya luar biasa saya alami bersama istri saya kemarin, tanggal 16 Juni 2014. Saat itu istri saya sedang ada bimbingan di Surabaya, otomatis berangkat bersama dengan saya naik kereta api dan kami berpisah di stasiun gubeng karena beda tujuan. Rencananya kami pulang bersama, naik kereta api juga (KA Rapih Dhoho) jam keberangkatan dari Stasiun Gubeng pukul 16.55 WIB. Saat pulang menuju stasiun saya menunggu di dekat Palang pintu kereta api Gubeng (PJL 8) karena istri saya naik angkutan umum untuk menuju stasiun.

Mendekati pukul 16.00 WIB urusan istri belum kelar juga, agak cemas juga karena takut nantinya di tinggal kereta Dhoho. Sepuluh menit berikutnya urusan selesai dan istri langsung naik angkot dengan perkiraan waktu tempuh ke stasiun 30 menit. Namanya juga sopir angkutan ingin cari penumpang sebanyak-banyaknya, jalannya pelan dan sering berhenti di pertigaan. Hingga sampai dekat stasiun pukul 16.55 WIB dan saya lihat KA Dhoho sudah datang dan sebentar lagi akan berangkat. Istri saya turun dari angkot langsung saya ambil tasnya dan saya ajak untuk berlari mengejar kereta. Kami tidak lewat pintu masuk stasiun, tetapi lewat samping dekat PJL 8 yang memang sebagai jalan "tikus".

Terdengan dari pengeras suara bahwa kereta api segera diberangkatkan, jarak kami dengan kereta sekitar 100 meter lagi, dan kami berlari mengejar kereta api. Saya dengan tas ransel dan membawa tas istri saya berlari sekuat tenaga agar tidak telat. Karena istri tidak pernah berlari,  maka saya sesuaiakn kecepatan lari saya sambil menyesuaikan tingkat kecapekan dan nafas istri. 50 meter mendekati lokmotif yang sudah dibunyikan bel nya sebagai tanda kereta berangkat saya melambaikan ke arah pak Masinis agar sedikit melambatkan jalannya lokomotif, dan direspon oleh beliau. Akhirnya kami bisa masuk kereta Dhoho dengan kondisi kereta sudah jalan pelan-pelan. Yang kami rasakan saat itu adalah bahagia yang luar biasa, bersyukur karena tidak ketinggalan kereta Dhoho.

Memang bentuk kebahagiaannya kecil, namun itu sudah membuat saya bersyukur. Jika kami ketinggalan kereta api, jadwal keberangkatan berikutnya adalah jam 16.20 (KA Arjuno) dan jam 19.05 (KA KRD Kertosono) yang bisa dipastikan jam pulang kami menjadi malam. Maka dari itu judul tulisannya "bahagia kok sederhana ya?".

Gl Pro di Srundul Mobil

Keadaan jalan raya saat ini semakin padat cenderung semrawut. Kalau tidak hati-hati bisa menimbulkan celaka bagi pengendara, atau bisa dikatakan jalan raya itu sesuatu yang menakutkan bagi pengendara sepeda motor. Ceritanya berawal saat saya mengantarkan istri ke Surabaya dengan mengendarai Motor Gl Pro. Berangkat dari Mojokerto pagi pukul 07.00 WIB dengan asumsi jalan masih longgar belum begitu padat, orang masuk kerja pukul 08.00-09.30. Tidak terbiasa mengendarai sepeda motor Mojokerto - Surabaya membuat agak aneh dengan kepadatan di jalan raya. Perilaku pengendara yang terburu-buru menjadi pemandangan yang biasa. Karena saya tidak terburu-buru, jadi jalannya santai dan stabil tanpa perlu zig zag.

Sampai di Surabaya kurang lebih pukul 09.10, cukup lama bukan? karena waktu tempuh normal dengan kendaraan sepeda motor sekitar 1.5 Jam perjalanan dengan kecepatan konstan 60 Kpj. Memasuki bundaran waru (embong bunder) pertanda masuk kota Surabaya lumayan padat, namun tidak sepadat didaerah kletek, sepanjang sampai dengan medaeng. Mungkin pengendara terpecah tujuannya ke Sidoarjo sama Surabaya. Saat itu kondisi Gl Pro lagi mbrebet karbunya, alias kurang sehat. Tidak bisa stasioner namun untuk Rpm tinggi tarikannya enak. Usut punya usut ternyata baut stelan angin karburatornya copot dan ilang entah kemana.

gl pro penyok di srundul mobil

Urusan di Surabaya selesai pukul 13.00 dan kami langsung pulang dengan rute yang hampir sama, tetep lewat jalan Ahmad Yani Surabaya. Kondisi jalan normal, padat namun lancar. Hingga sampai di bundaran waru lagi (embong bunder). Dari Kota Surabaya menuju Mojokerto berarti saya harus ke arah kanan. Saat pelan-pelan beriringan dengan kendaraan lain untuk memilih lajur kanan itulah bokong kotak gl pro saya di srundul mobil. Entah mobilnya jenis dan tipe apa saya kurang tau. Saat di tabrak itu motor terasa di dorong dengan kuat, namun alhamdulillah tidak oleng karena saya bisa menguasai keseimbangan. Berjalan pelan untuk memastikan istri saya tidak apa-apa dan melihat mobil apa yang menabrak saya tadi. Kemungkina mobilnya berjenis si nopah kalau tidak si inah warnanya silver metalik. Saya berjalan pelan-pelan untuk berjaga-jaga apakah mobil tersebut berhenti untuk berdiskusi dengan saya, bagaimana permasalahannya kok bisa sampai nabrak. Berhubung tidak ada yang berhenti dan saya tidak mengalami kerugian yang berarti, akhirnya saya melanjutkan perjalanan menuju Mojokerto. Hasilnya plat nomor gl pro saya jadi bengkok dikit, namun saya tetap bersyukur tetap di karunia i keselamatan sampai dirumah.

Kecelakaan datangnya dari manapun, saat kita sudah melakukan standart safety riding pun kadang celaka datangnya dari orang lain. Untuk itu saya selalu berdoa sebelum berangkat dan dalam perjalanan saya juga mengingat Allah Ta'ala seraya memohon keselamatan kepada Nya.

Mengajari Anak Berenang

Mengajari anak berenang di sungai pernah saya lakukan saat Hayyu main ke rumah embah nya di Kec. Rengel Kab Tuban. Kami merencanakan liburan di rumah Rengel dengan mengajak anak saya naik Bis via Jombang, Babat, Tuban. Dalam acara silaturohim tersebut saya agendakan juga mengajari anak saya berenang di sungai. Namanya Sungai Ngerong terletak di taman wisata Goa Ngerong yang banyak di huni oleh ikan jenis bader dan ribuan kelelawar didalam Goa. Sedikit gambaran tentang Goa Ngerong, Panjang Goa lebih dari 1 km dengan sungai yang mengalir bening dari mulut goa. Sungai ini merupakan sumber pengarian utama bagi warga Rengel dan sekitarnya. Baik untuk minum, mandi, mencuci dan irigasi sawah.

Diatasnya goa dan sungai ini terdapat pegunungan kapur dimana air yang terkandung juga mengandung batu kapur. Terlihat sekali saat ompreng/panci ibu saya yang digunakan masak bertahun-tahun terdapat endapan kapur. Namun jika dikonsumsi cukup aman, dan jarang ditemui orang tuban yang terkena penyakit kencing batu. Katanya sudah ada penawarnya yaitu toak tuban, entah bagaimana cara pengobatannya.

ngajari anak berenang

Saat itu sore hari, saya mengajak Hayyu menuju Goa Ngerong, setelah parkir sepeda, saya mengajak untuk memberi makan ikan-ikan yang jumlahnya ribuan dan melihat kelelawar yang berjubel didalam goa. Baunya memang menyengat, tetapi bau ini menimbulkan candu tersendiri buat saya. Beberapa tahun silam saya sangat familiar dengan bau kotoran kelelawar ini, dan saat berkunjung kangen saya terobati. Sambutan Hayyu anak saya langsung seneng saat saya terjun ke sungai, cepat-cepat minta copotin bajunya dan saya papah untuk berenang. Kedalaman sungainya hanya 1 meter sampai 1.5 meter dan anak saya seneng banget, tidak ada rasa takut sama sekali. Banyak ikan yang menyambut kami dengan gemruduk, ada yang menggigit kaki saya, terasa geli sekali.

Proses pengenalan untuk mengajari anak berenang berjalan cukup sukses, anak saya berani dengan air, berani dengan kedalaman air tanpa rasa takut. Harapan saya kelak Hayyu bisa berenang sebagai bekal kelak saat besar. Renang bagi saya merupakan olahraga yang paling melelahkan, didalam air antara nafas dan tenaga yang keluar harus sinkron kalau tidak begitu akan tenggelam atau kram. Acara mengajari anak berenang berjalan 30 menit karena takut Hayyu kedinginan dan kemudian kami lanjut pulang menuju rumah ibu saya.

Sambutan Awal Perubahan Jadwal Kereta Api

Perubahan Jadwal Kereta Api 2014 mulai 1 Juni 2014 kemarin membawa efek yang besar pada kereta api lokal seperti KRD Kertosono dan KA Dhoho yang menjadi andalan saya untuk berangkat dan pulang kerja. Perubahan jadwal KA dilaksanakan serentak hari Minggu 1 Juni 2014, untuk KA yang berangkat pada hari Sabtu 31 Mei 2014 yang nantinya tiba di stasiun tujuan pada tanggal 1 Juni 2014 di beri label Jadwal Peralihan. Efeknya Kereta tersebut mengganggu perjalanan kereta api lainnya baik lokal maupun jarak jauh. Pada tanggal 1 juni 2014 tersebut banyak kereta api yang datangnya terlambah sangat lama, bahkan 2-3 jam.


Saya baru bisa merasakan efek perubahan jadwal pada tanggal 2 Juni 2014 karena hari awal masuk kerja. Untuk Jadwal Kedatangan dan keberangkatan KRD Kertosono mengalami perubahan yang signifikan. Sebelumnya jadwal KRD Kertosono dari Stasiun Mojokerto pukul 04.52 WIB, saat ini menjadi Pukul 05.33 WIB. Perubahan jadwal yang cukup mengenakan saya, karena bisa berangkat lebih siang sedikit dan lebih untungnya lagi saya bisa shalat Subuh berjamaah di masjid dekat rumah, biasanya jamaah nya berpindah-pindah dari masjid satu ke masjid lainnya di sepanjang jalan menuju stasiun Mojokerto. Tidak enaknya, saya menjadi was-was karena jadwal kedarangan KRD di stasiun Gubeng pada pukul 06.30 WIB. Saya masuk kerja pada pukul 07.00 WIB dan lebih asiknya lagi KRD sering telambat masuk gubeng kurang lebih 10-20 menit. Saat pertama kali merasakan perubahan jadwal, KA KRD telat masuk stasiun mojokerto sehingga ber efek telat masuk stasiun gubeng masuk kerja menjadi telat pula.


Perubahan jadwal KA Dhoho juga menguntungkan para pelaju, berangkat dari Stasiun Gubeng pukul 16.55 WIB datang stasiun Mojokerto 17.48 WIB dari sebelumnya Gubeng 16.45 datang Mojokerto 17.58. Lumayan bisa Shalat Maghrib dengan tenang dan yang terpenting nantinya untuk menyambut bulan ramadhan saya bisa berbuka puasa dirumah dan ikut shalat tarawih berjamaah. Nah awal perubahan tanggal 2 Juni ini juga disambut dengan keterlambatan oleh KA Dhoho, Telat lebih dari 2 jam, berangkat dari stasiun Gubeng pada pukul 19.10 datang stasiun Mojokerto 20.15 ajiiib.

Perubahan jadwal kereta api ini juga berimbas pada penumpang KRD di stasiun mojokerto bertambah, hal ini disebabkan oleh penumpang Arjuno Ekspres yang beralih ke KRD karena jam nya terlalu mepet dengan jam kerja. Arjuno berangkat stasiun Mojokerto pukul 06.22 tiba di gubeng pada pukul 07.20 WIB. Terlalu mepet untuk jam berangkat kerja.

Untuk Jadwal di stasiun lain di lintas DAOP juga mengalami perubahan, ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan tergantung persepsi pribadi. Untuk jadwal KRL Jabodetabek saya sudah punya perubahan jadwalnya, namun karena ada 21 Halaman saya jadi agak mikir menuliskannya di dalam postingan. Demikian laporan singkat mengenai awal perubahan jadwal kereta api tahun 2014 yang di mulai tanggal 1 juni 2014.