Bocah Penjaja Payung

Istilah penjaja payung memang agak asing, yang familiar sebenarnya ojek payung, namun ojek terasa agak asing juga karena ojek identik dengan motor. Baiklah, saya pakai istilah penjaja payung saja, kemarin (29 Januari 2015) setelah pulang kerja pukul 16.00 hujan turun dengan deras di langit jalan Sulawesi Surabaya. Saking derasnya sampai "embonge banjir", embong adalah penyebutan jalan bagi warga surabaya. Jalan banyak tergenang air bahkan membentuk sungai dadakan.

Saya berpikir jika saya jalan kaki dari tempat kerja sampai dengan Stasiun Gubeng, akan memakan waktu 30-40 menit karena medan banjir, namun jika keadaan normal saya tempuh 15-20 menit saja. Dan jika saya jalan kaki di medan hujan yang lebat kemungkinan saya ditinggal kereta. (gimana kalau saya yang ninggal kereta, gantian, hehe). Dalam keadaan terpaksa, saya nunut (nebeng) teman sekantor yang rute nya melewati Stasiun Gubeng dan alhamdulillah ada. Sebagian besar jalan yang kami lewati tergenang air setinggi 30-40 cm, banyak motor mogok alias yang disebabkan oleh busi terendam air atau karbu kemasukan air. Alhamdulilah kami lancar sampai stasiun gubeng.

bocah penjaja payung

ojek payung

Diarea parkir Stasiun Gubeng sudah banyak bocah-bocah penjaja payung, ojek payung. Rata-rata usia mereka 8-10 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Saya langsung di sambut mereka "payung mas", saya jawab tidak mas. Yang membuat saya tertarik adalah tingkah mereka lucu-lucu dan diraut wajah mereka hanya senang dan senang dengan ditunjukan tawa yang lepas di dinginnya hujan yang lebat. Kalau saya hujan-hujan sudah masuk angin kali ya?. Jika ada mobil masuk area Stasiun Gubeng baru mereka berlari menyambut penumpang mobil tersebut berharap ada yang memakai jasa bocah tadi. Menajakan payung/ojek payung memanfaatkan hujan dan payung untuk mendapatkan uang jajan. Sepertinya mereka tidak mengejar untuk mendapatkan uang, disatu sisi mereka hujan-hujan karena senang, di lain sisi memanfaatkan payung untuk membantu orang agar tidak kehujanan tentunya untuk dapat uang jajan juga.

Perilaku mereka juga masih tergolong sopan, artinya tidak memaksa orang untuk menggunakan jasanya. Mereka menawarkan dengan santai, ada yang pakai jasanya ya diantar tidak ada yang mereka hujan-hujan, simple saja. Saya cukup lama mengamati tingkah polah mereka sebelum KA Dhoho tujuan Mojokerto datang di Jalur 1. Semoga, mereka tidak terserang demam, dan sehat selalu.