Kopi Hitam Asli Biji Kopi

Kopi memang minuman favorit bagi sebagian orang, sumeti mercon mbak uswah ah, bahkan ada yang kecanduan kopi. Perokok berat biasanya diimbangi dengan minum kopi hitam asli bukan yang sachet atau kopi instan. Entah apa alasannya karena saya sendiri bukan perokok. Minum kopi itu sendiri bisa berwujud gaya hidup atau lifestyle bagi orang-orang kelas atas, lagi-lagi sumeti mercon mbak uswah. Berbagai macam kopi pasti sudah pernah di coba, mulai dari kopi hitam luwak, kopi lampung, kopi bondowoso dan kopi-kopi lainnya yang terbuat dari biji kopi pilihan karena saya tidak hafal jenis kopi.

Saya sendiri akrab dengan kopi saat saya umur 7 tahun ketika ibu saya membikinkan kopi untuk bapak saya dan sisanya saya minum diam-diam karena memang tidak boleh sama ibu. Saat mencuri-curi minum kopi hitam bapak itu sensasi rasanya menjadi dobel, pertama takut ketahuan yang kedua memang rasa kopi hitam asli itu enak. Ibu bikin kopi hitam harus beli biji kopi di pasar terlebih dahulu kemudian di jemur, di goreng pada wajan yang terbuat dari tanah liat di campuri karak atau nasi yang sudah kering. Setelah di goreng baru di tumbuk dengan alu dan lumpang biar berbentuk bubuk kopi. Porsesnya memakan waktu lama karena dulu belum ada selep kopi dan masih belum booming kopi instan. Kalau ingin bubuk kopi dari biji kopi yang halus harus diayak terlebih dahulu. Rasa dan sensasi minum kopi hitam asli biji kopi ini lebih merasuk rasa kopinya walaupun kopi beli di pasar desa bukan kopi kualitas eksport. Mungkin cara bikin kopi nya masih alami terutama prosesnya dari tangan manusia bukan mesin.

Sampai umur 15 tahun saya baru boleh full mengkonsumsi kopi hitam bikinan ibu saya entah apa alasannya saya juga kurang tau. Racikan kesukaan saya dalam satu cangkir kopi standart bubuk kopinya 2 sendok makan sedangkan gulanya satu sendok makan. Rasanya banyak pahitnya manisnya cuma terasa sedikit dan itulah cara saya menikmati kopi hitam asli biji kopi. Saat minum kopi hitam asli ini ada sensasi tersendiri yaitu adanya biji kopi kasar yang belum halus nyangkut di bibir dan kalau digigit jadi terasa biji kopi banget. Beda dengan kopi bubuk yang di selep karena memang hasilnya halus. Tahun 2004 sampai 2010 adalah periode masa tanpa minum kopi karena terpisah jarak yang cukup jauh dengan ibu, saya tidak berani minum kopi yang bukan bikinan ibu rasanya sudah lain. Kalau sudah kepingin minum kopi, terpaksa harus beli kopi hitam di warung untuk mengobati rasa kangen dengan ibu saya bukan rasa kopinya lho ya.

Akirnya saya jarang minum kopi hitam karena sudah terpisah jarak dan saya sudah mempunyai keluarga sendiri. Kalaupun saya pengen minum kopi saya bikin kopi hitam yang terbuat dari biji kopi di tempat saya kerja. Luamayan kan gratis dari pada nganggur. Demikianlah cerita ngawur tentang saya dan kopi hitam asli biji kopi. Yang mau ngopi lanjut ngopinya awas keselek.