Home » » Toak Tuban dan Budaya Mendem

Toak Tuban dan Budaya Mendem

Toak merupakan minuman khas tuban yang memabukkan jika kebanyakan minumnya. Toak berasal dari tetesan nira atau getah air dari bunga pohon siwalan. Bunga pohon siwalan itu bentuknya seperti bunga pohon kelapa manggar yang di potong kemudian getahnya di tampung dengan bambu atau bethek. Para petani toak di tuban kebanyakan mempunyai kebun pohon siwalan yang nama bekennya Bogor. Dari bogor inilah para petani memanjat pohon demi pohon untuk mendapatkan toak asli, tidak jarang tiap pohon yang berjarak lima meter di beri penghubung berupa bambu agar mudah menjangkaunya dan tidak naik turun bogor.

Untuk mendapatkan toak tuban para petani atau pemilik bogor harus menampung getah nira sehari semalam. Misal pagi menadah nira besok siang sampai sore baru bisa di ambil dan di panaen toaknya. Disini ada perbedaan antara toak tuban dan legen. Kalau toak sudah jelas memabukkan jika kebanyakan minum, kalau legen rasanya manis dan tidak memabukkan. Celakanya legen ini hanya bertahan 6-7 jam kemudian menjadi toak. Rasa legen itu sendiri manis campur trecep-trecep, wes pokok e enak lah.

wit bogor
wit bogor
Untuk membuat toak tuban, dalam menampung getah nira harus di campuri babonan toak atau toak yang lama agar nira bercampur dengan toak tersebut. Jika sudah tercampur maka semalam suntuk itu nira ikut menjadi toak siap saji. Rasanya toak ini manis trecep-trecep ada kecutnya tapi nagihi. Tiap siang sampai sore menjelang maghrib banyak pelanggan yang siap duduk di bawah pohon bogor untuk menikmati hasil panen toak tuban asli. Saya sering melihat di desa sumber agung plumpang deket rumah nenek saya banyak mobil parkir hanya untuk menanti turunnya toak tuban dari pohon bogor. Minum toak tuban itu nagih i, yang ujung-ujungnya akan mendem atau mabuk dan bisa di pastikan akan bicara ngelantur kalau parah sampai muntah dan tertidur di jalanan.


Langganan legen tuban yang sering saya kunjungi berada di desa pancuran kecamatan grabagan cukup dengan sms maka pesanan siap dalam kemasan jurigen 5 liter. Saya biasa menikmati legen dengan adik saya, ibu saya hanya mencicipi sedikit karena takut mendem atau mabuk. Apalagi kalau bulan puasa berbuka puasa dengan yang manis-manis seperti legen tuban. Sudah 10 tahun saya tidak berbuka puasa dengan legen tuban, besok boleh saya coba deh asal jangan toaknya. hehehe

Toak Tuban dan Budaya Mendem

Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat tuban yang bekerja di sektor informal seperti nelayan, pedagang, tukang becak dsb mereka sering minum toak tuban dan mendem. Tiap sore menjelang maghrib sampai jam 10 malam rutinitas minum toak dan mendem mereka lakukan tiap hari. Katanya sih untuk menghilangkan beban kehidupan sejenak. Tempat mendemnya pun sangat terbuka, di trotoar sudut kota, trotoar sleko dekat lapangan SMEA, di trotoar tembok bujat pokoknya mendem atau mabuk di tuban itu bebas asal jangan bikin resek. Aparat polisi tidak berani menindak karena memang ini menjadi tradisi turun temurun. Sisi baiknya mereka tidak menggangu dan memalak orang yang sedang jalan di sampingnya tidak berani sama sekali. Di warung-warung toak juga banyak yang menyediakan minta berapa liter pun bisa diladeni. Yang saya tau toak lumayan enak itu di warung gayeng desa Ngareng Plumpang. Yang lebih enak lagi nunggu di bawah pohon siwalan atau wit bogor dari sang pemilik toak. Sebenarnya minum toak dengan budaya mendemnya itu menjadi paradoks ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa tuban itu tempat penyebaran agama islam jaman waliyullah. Konon katanya tuban menjadi kota jujukan para saudagar dari gujarat untuk berdagang dan menyebarkan agama islam. Umur kota tuban sendiri sudah 715 tahun lebih hampir sama dengan kota surabaya yang menjadi jujukan para pedagang islam. Bupati tuban sendiri pernah menerapkan kebijakan populer dengan mengurangi jumlah orang mendem ini dengan membeli dengan uang pribadi semua toak yang ada di tuban dan dibuang. Dengan demikian toak menjadi sangat langka, saya salut dengan kebijakan ini.

Bakul Toak

Akirnya semua kembali pada pribadi masing-masing mau mendem atau tidak asal jangan menggangu hak orang lain. Tidak kurang cara untuk menyadarkan orang mendem tradisionalis menuju jalan yang benar. Mungkin penyakit hepatitis lah yang akan menyadarkan mereka. Demikian tulisan toak tuban dan budaya mendem, semoga kita di jauhkan dari perbuatan mendem ini. Lebih baik berkonsultasi pada yang maha Pencipta, Allah subahanahu wata'alaa.

132 komentar:

  1. Replies
    1. eh lah pertamax to...buat apa ya, saya jalan kaki kok pakai pertamax...

      Pak Bupati Tuban keren abis ya...sungguh keren. Andai presiden kita tau kisah beliau dan terinspirasi....

      Delete
    2. Jaka Tuak Mbak, pernah denger tokoh lakon itu?

      Delete
    3. maksudnya kali tuak pak bu...
      orang jawa timur biasa melafalkan u dengan nada o samar pada sebagian kata. alun-alun jadi alon alon... mbuh jadi mboh.. dll dll

      Delete
    4. pengumuman : sudah tak ganti mas khusna, hehe
      bupati yang sudah kaya raya sebelum menjabat ya memang gitu kelakuane
      jaka tuak ? belum pernah denger mas. ketoknya sih joko sing bawa ongkek

      Delete
    5. hmm toak ... ikutan pertamax hehe

      Delete
  2. Astagfirulahh ...
    kalau memang tujuannya untuk menghilangkan beban kehidupan sejenak, sebaiknya bukan dengan cara "mendem",
    itulah masyarakat kita ... :-D

    ★ http://www.adadeny.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. masyarakat kita memang masyarakat endonesa

      desaku yang tercinta..pujaan hatiku..
      tempat ayah dan bunda dan handai taulanku...
      tak mudah kulupakan..

      halahh, malah nyanyi

      Delete
    2. cara orang memang berbeda mas tergantung dari tebal imannya
      nyanti itu masuk pelaharan apa tidak mas?

      Delete
    3. pelajaran Mas. bukan pelasapi.

      Delete
    4. link nya bagus to mas....... ehheheeheheeehee

      Delete
    5. sekalian halan halan menunggu mahgrib mas zach ,hehe
      itu memang typo deh,,,
      bukan link hidup masih lolos mang, hehe

      Delete
  3. saya udah pernah beli toak di tuban
    tapi ga tahu kalau memabukkan
    dan setelah hanya setengguk kurasakan
    memang mirip dg legen saat dirasakan

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi...
      selama ini kalo bikin puisi,
      mendem dulu to Mbak?

      muridnya Pak Sutardji Coulzum Bachri nih..

      Delete
    2. hahahaha.. bikin puisi'e sambil mendem *eehh piss mbak :D .. #sungkeman.

      Delete
    3. lho malah merasuk tho kalau sambil mendem, hehehe

      Delete
    4. belum pernah mendem toak tuban ,
      tapi merasakan rasanya udah ,
      kalau mendem pantun ma puisi ga bisa bosan ,
      jadi hidup makin indah

      Delete
    5. mbak anisayu bisa aja merangkai kata kata, padahal saya sudah kehabisan kata dari kemarin

      Delete
  4. mendem itu bikin menyesal Mas.
    mata nggak bisa bening,
    dan potensial konangan dalam tes kesehatan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. minum kecap dulu biar pas tes lulus pak.

      Delete
    2. tapi mendhem itu perlu
      nonton ebeg kalo gak mendhem ga asik...

      Delete
    3. nek ndelok sindir nok tuban gak mendem gak asik
      iya mas mendem memang bikin nggliyeng .
      kalau toak memang tidak terasa , terasa nya sudah habis 10 liter kepala rasane njendol

      Delete
    4. Kang Rawins mesti cilikane seneng ndeleng ebeg ya ..?

      Delete
    5. sing dadi penthul kuwe ya Kang Raw, sapa maning jal

      Delete
    6. lik zach apal orang dia jadi penimbule...

      om agus mesti bingung dengan istilahnya haha

      Delete
    7. sek tak tebake, penimbul kuwi mesti joki, bandar, blandar sing tukang ngejoki nok gelase

      Delete
  5. Baru tahu kalau Tuak Tuban asalnya dari Bogor ... he he he

    ReplyDelete
  6. Huehehe mabok sama dengan mendem, kalo bir pletok bikin mendem nggak ya? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau bir atau air yang memabukkan selain toak tidak tau mas, pernah nyoba toak sekali tibake ini tho rasane mendem

      Delete
  7. Kalau di Medan namanya tuak Mas :)

    ReplyDelete
  8. saya kira toak yang ada dimasjid sob, hehe ^_^ ternyata ane salah

    ReplyDelete
  9. wah ga tau gan minumannya kaya gimana,nyimak aja ya

    ReplyDelete
  10. ga paham sama minuman ini.. taunya toak itu ya yang buat halo halo.. bangunin warga buat saur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu Toa ya, atau halo halo
      nek soak lak koyo aki mas

      Delete
    2. aki itu kalo udah tua kaya lik zach apa mang lembu

      Delete
    3. saya masih muda lho ya jangan di bilang ki

      Delete
  11. emang kalo daerah yang agamis kudu jauh dari yang kayak gitu, om..? perasaan kenapa agama agama besar diturunkan di timur tengah, karena orang-orang disana memang super bejat.

    om tau saritem, slarang, dll kalo ga tau googling deh. kenapa orang bikin islamic center disitu..?

    dan satu kenyataan kalo ada yang bilang sandal ilang, banyak yang pertama kali kepikiran adalah masjid. padahal masjid bukan tempat maling kan..?

    sekedar analogi doang...
    gausah dibahas lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh iya ya mas, bender sampean mas, analogi ne bender kuwi.
      tapi asik kok mas, di sudut kota ada rapat paripurna tiap sore dan semua tertib tanpa ada pemalakan premanisme , rukun damai sentosa, horeeee

      Delete
    2. iya ngga usah dibahas lagi deh

      Delete
    3. betul kang , tidak usah di bahas lagi

      Delete
    4. mari kita buka lagi pelajaran, setelah pak guru pulang

      Delete
    5. berarti belajar kelompok nih ceritanya

      Delete
    6. dibilang jangan dibahas...

      Delete
    7. woi gurune ngamuk, meneng sek,
      hehe

      Delete
  12. Legen menjadi minuman khas kota Tuban. Kurang afdol rasanya bila bepergian ke Tuban tidak membawa oleh-oleh Legen ini. Kalau sudah menjadi budaya atau kebiasaan yang sudah puluhan tahun tentu cukup sulit untuk merubahnya atau menghilangkannya. Perlu 'resep atau cara yang bijak' dari ulama untuk merubah sedikit demi sedikit 'budaya' tersebut. Salam cemerlang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin karena saking membudayanya jadi sulit untuk merubahnya mas

      Delete
  13. yang jelas nira itu itu memabukkan, yang namanya mabuk dilarang agama :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau tidak diminum tidak haram kalau di minum baru haram mas

      Delete
    2. kecuali minum kopi tidak haram

      Delete
    3. betul kang dede, kalau kopi campur arak ?

      Delete
    4. ini yang kadang ambigu...
      sesuatu yang banyaknya memabukan sedikitnya juga haram
      padahal kopi juga bikin mabuk kalo minumnya seember...

      dibilang tuak haram karena mengandung alkohol
      tape juga mengandung alkohol tapi ga diharamkan
      kadar alkohol tape malah sedikit diatas bir

      makane aku bebas wae minum, om
      sejauh tidak mabuk

      *minum teh manis

      Delete
    5. kabeh nek kakean yo gak apik kok mas,
      nek teh manis kuwi aku wes tak hindaari mas, keturunan diabet

      Delete
  14. wah kurang lengkap mas ke tuban belum beli legen / toak :D hhehehe apalagi pas ziarah wali bnyak bnget tuh yang jualan :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. banyak di pinggir jalan yang memang di jajakan mas, suasana lebih enak kalau beli langsung di bawah pohonnya

      Delete
    2. apalagi kalo ditemani cewe. eh mantep tuh

      Delete
    3. boleh mas, asaal jangan laura aja, lanag ura wedok ura

      Delete
    4. waktu kecil aku sering minum legen
      malah kadang nyolong yang masih mentah kalo lagi nyari kayu bakar kehausan nemu pohon aren yang disadap...

      Delete
    5. cocok mas, enak kuwi lebih alami

      Delete
  15. Astagfirullah, kok bisa gitu ya mas, miris dengernya, padahal mendem kan tidak boleh dalam agama..para ulama dan aparat kemana yah

    ReplyDelete
    Replies
    1. mereka ada sebelum islam masuk ke bumi pertiwi mas, beribadah banyak tapi masih ada yang mendem, tepi mereka malah jantan mas, rusak sekalian rusak bukan malah menutupi dengan surban, atau macak jadi santri

      Delete
    2. ulama juga banyak yang mendhem kok
      mendem duit, mendem fustun, mendem sapi
      kenapa mui ga mengharamkan..?

      Delete
    3. mangkane nek gak diapak apakno gak haram mas,

      Delete
    4. Masiya madhang pindhang nek kokehan ya mendem cak !

      Delete
  16. di tempat saya gak ada kayak gitu mas

    ReplyDelete
  17. buat model saya asik banget bisa bebas tanpa takut rusuh dan ditangkep plisi ya...bogor emang asik ya kang....;o)

    ReplyDelete
    Replies
    1. lho kok bogor kota, ini bogor nama pohon siwalan, susu bogor nama lainnya , hehe

      Delete
    2. hahahahahahaha...................................................
      kuik smes!.......................................................

      ternyata yang nggak baca postingan jelas siapanya bukan?

      terjawab tuh pertanyaan di postingan sendiri.

      Satu- Kosong!

      Delete
    3. CC:

      Buat Kang Hadi sang bujang kelana yang lagi meronta di sanggarnya.
      ucapannya:
      kecil-kecil jadi penganten,
      baca nih komen!

      Delete
    4. baca sampe tuntas lagih...kan bogor itulah yang bisa bikin play...wew

      kang agus...kita ini memang 2 orang aneh...masa saya pollow blognya baru sekarang sih....padahal kita ini sudah bergumul cukup lama.

      Delete
    5. nah kan, makin kejawab kan pertanyaannya.
      jadi ingatan berbanding lurus sama usia kan?
      jadi jelas siapa yang udah seputaran usia 50.
      sekian.

      Delete
    6. bb :
      untuk kang zach yang gantengnya cuman sedikit
      komennya udah dibaca...wew

      Delete
    7. sudah sudah mas zach sudah puas dengan quick smash sementara kang hadi sudah menerima dengan pengalihan isu, hehehe
      mungkin kang hadi kehabisan polibek buat nanam ubi cilembu, kejar setoran buat hak paten sih, hehe

      Delete
    8. Kang Ci ro Kang Zach kaya wong pacaran lagi padu ya ... wkwkwkwk

      Delete
    9. saya kalau udah kena skakmat biasanya langsung tak cipok basah sisan...semuanya termasuk kang agus juga kang MI...emmmuach

      Delete
    10. hahahahaha...
      benteng merajalela nih namanya, jalannya bisa lurus, bisa L, juga bisa serong.

      Delete
    11. ah klomoh semua nih , jadi bete deh..
      hehe
      kena rayuan kang hadi semua nih yeeee

      Delete
    12. loh aku malah belum polow polowan
      mendhem bogor tenan ki...

      Delete
    13. halah uwes ngono lho, mosok bar mendem tenan iki

      Delete
  18. bahaya kalo sampe ada efek ketergantungan, atau ketagihan, dan semacamnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. berhenti sejenak kalau sudah kena liver, kalau sembuh ya balik lagi rapat paripurna, hehe

      Delete
  19. Toak Tuban,,,minta donk jadi kepeingin nyoba nih hehehe

    ReplyDelete
  20. wah belum pernah nyoba, dan nggak mau coba, cukup orang2 yang master toak saja yang menikmati-nya, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. yang bukan master juga boleh kok mas, incip incip saja

      Delete
  21. kalau pohon bogor sama pohon kolang kaling kan beda ya mas, terus kalau yang belum enam jam ndak memabukan dan bikin mendem kan

    ReplyDelete
    Replies
    1. pohon bogor beda sama pohon aren mang, kalau legen sudah 6 jam jadi toak kalau belum masih belum memabukkan, mang,
      hehe

      Delete
    2. daerah gunung tuh biasanya ada di daerah ku

      Delete
    3. lha ini tuban daerah pegunungan kapur

      Delete
    4. 6 jam jadi memabukan itu kalo melalui proses fermentasi
      bagaimanapun juga alkohol dan segala turunannya itu sama dengan gula dan segala turunannya. unsurnya adalah karbohidrat dimana unsur pembentuknya adalah COH.

      Yang membedakan hanyalah "gugus fungsi" yang terkandung dalam senyawa tersebut. misalnya, glukosa gugus fungsinya aldehide, fruktosa gugus fungsinya keton, galaktosa gugus fungsi keton tetapi letak p-ada atom C berbeda dibandingkan dengan fruktosa.

      wis ah mumet
      malah kaya pelajaran fisika
      paling juga ga bakaln dibaca

      Delete
    5. nah ini kelihatan kalu mas rawin memang pinter dan ingat pelajaran atau sering baca,
      kalau saya malah baru tahu dari mas rawin

      Delete
  22. tuak juga di daerah ku marak, kalo kebanyakan bisa mendem tuh,,

    ReplyDelete
  23. aduh ...garai pingin sampeyan iki cak.
    Tapi aku seneng banget legen tuban. Biasane nek menyang sunan drajat mampir tuku legen.

    Hmmm .......asli pingin cak. Hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe, enak ya mbak es legen e..trecep trecep...
      wooo wes menyang ndrajat bereng to, gak mampir asmoro qondi sisan

      Delete
  24. Aku mohlah mbok mendem, ngko ngel le nulungi

    ReplyDelete
    Replies
    1. abot angkatane kang, nek aku dewe yo ra kuat ngangkat, hehe

      Delete
  25. gimana rasanya ya sob.. pasti bikim mabuk..
    visit me back ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. rasanya enak lah mas, kalau dikit ya nggak mabuk

      Delete
  26. Asli, ini pengalamanku pas masih di kuliah dulu dan ada anak dari tuban bawa oleh-oleh ini Langsung puyeng kena dikit..hehehe. Tp itu dulu.

    ReplyDelete
  27. waduh bahaya juga yah toak nira, emang nggak haram, khan minuman yang bikin mendem haram kang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. jelas haramnya mas, warna warni dunia mas, hehehe

      Delete
  28. wah lebih baik jangan coba-coba ya...takutnya nanti ketagihan, udah kena hepatitis baru deh nyesel huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau orang tuban tidak ada kata nyesel mas WS, kena hepatitis berhenti dulu kalau sudah mendingan minum toak lagi, sampai mati

      Delete
  29. ikut nyimak saja mas agus, nggak pernah ngerasa soalnya minuman ini seperti apa rasanya!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. rasanya seperti minum es sprite rasanya pengen minum terus tiba-tiba kepala tersa berat bagnet, hehe

      Delete
  30. wah poso2x ngombe tuak, mesti langsung mabuk berat...hehheeee

    ReplyDelete
  31. belom pernah cobain :(

    ReplyDelete
  32. mas Agus jadi ingat masa kecil di Tuban dulu,jualnya pake pikulan,tempat toak dan minumnya dari bambu semua ....biasa sore pada ngumpul dekat pertigan atau perempatan .... :)

    ReplyDelete

Silakan Tinggalkan Komentar Sesuka Hati, Bebas
Link Hidup ? Jangan Deh

Blog Archive