Jangan Pakis

Jangan pakis merupakan jangan (sayur) kesukaan saya. Walaupun baru merasakan jangan pakis sejak menginjakkan kaki di Kabupaten Jember beberapa tahun silam. Banyak yang berjualan daun pakis di pasar tradisional (Jember) seperti di pasar Kepatihan dan pasar Tanjung. Awalnya saya menganggap jangan pakis rasanya tidak begitu enak, setelah merasakan jangan pakis dengan cara di oseng-oseng atau di tumis, ternyata rasanya enak. Bahkan saya suka makan dengan jangan pakis tanpa lauk sama sekali, karena memang rasanya enak.

Jangan pakis atau sayur pakis tidak begitu populer di Tuban maupun di Mojokerto, entah karena cara mendapatkan tanaman pakis yang sulit atau memang karena belum mengetahui apakah pakis bisa di buat sayur.

Sabtu tanggal 21 September 2013 saya bersilaturohim ke Tuban (rumah ibu) dengan mampir rumah mbah atau buyute Hayyu. Kebiasaan orang tua dahulu, jika bertamu pasti di suruh makan terlebih dahulu dan timing nya pas saat saya lapar walaupun bukan lapar akut. Langsung menuju ke dapur atau tepatnya pawon karena memang khas dari orang tua dahulu. Bukan kitchen set yang saya temui tapi hanya tungku dan genuk untuk menampung air bersih. Terlihat jangan pakis di dalam wajan begitu menggoda. Langsung saya tuangkan tanpa menghiraukan mengambil lauk. Eh ndilalah mbah saya bilang makan kok tidak pakai lauk, akhirnya diambilkan lauk oleh mbah saya dengan takaran atau porsi lauk yang besar.

Setelah makan selesai, saya bertanya kepada mbah tentang pakis yang dijadikan jangan pakis tadi, ternyata dapat dari tetangga yang baru pulang dari daerah asalnya yaitu Jember. Pantas sekali mendapatkan sayur pakis layak makan.

Djangan Pakies

Djangan pakies yang satu ini beda dengan jangan pakis yang saya makan. Kalau djangan pakies ini weblog, yang adminnya orang ganteng (jelas ganteng karena laki-laki). Beliau katanya, katanya lho ya, berasal dari Lumajang sana, yang saatu daerah dengan Mas Than Jawa Arif. Beliau berdua ini pernah satu sekolahan (teman sak liting) semasa SMA dulu. Kini Djangan Pakies menentap di Blitar (entah kota atau kabupaten) dengan membuka lapak di pasar (ngakunya sih begitu, hehe). Semoga silaturohim tetap terjaga dengan baik dan saling dungo dinungo tentang kebaikan.

Akhir kata, semoga pak Djangan Pakies dan Pak Mas Than Jawa Arif serta teman blogger yang lain selalu dalam naungan Allah, Sehat, dimudahkan dalam segala urusan dan bisa bercengkrama bersama keluarga dengan tenang. Guyub rukun. Amiin.