Home » » Pemilihan Kepala Desa Pohkecik

Pemilihan Kepala Desa Pohkecik

Hari Minggu, tanggal 8 Desember 2013 Desa Pohkecik Kecamatan Dlanggu Mojokerto mengadakan pemilihan kepala desa pohkecik untuk masa kerja 2014-2020. Pemilihan hari minggu saat akomodatif terhadap warga yang sekaligus pemilik suara/pemilih. Terdapat dua kandidat calon kepala desa dimana sang inkumben di tantang oleh mantan kepala desa yang dulu pernah menjabat. Mereka berdua sama-sama baik terhadap warga desa pohkecik, untuk kecepatan pelayanan umum bisa saya katakan standart. Standart dalam arti gitu-gitu aja, ada uang kerja cepat beres.

Persiapan panitia pemilihan kepala desa terbilang cukup matang dan santa rapi, saya sendiri sangat puas dengan prosedur pemilihannya. Hal ini berbeda dengan pemilihan di desa asal saya, rengel-tuban yang sangat amburadul, korbannya adalah para orang tua (sepuh) yang harus berdesakan. Di pohkecik ini sangat rapi dan tertib. Pemilih memberikan surat suara sesuai dengan koordiantor dusun masing-masing, hal ini memudahkan pengecekan untuk meminimalisasi pemilih ganda.Untuk jumlah suara sendiri saya perkirakan sekitar 3000 (tiga ribu) pemilih tersebar di beberapa dusun.

pemilihan kepala desa

Saya sendiri berniat menghadiri perpolitikan tingkat desa dengan istri saya (warga desa yang baik). Langsung menuju koordinator dusun, dusun kasiyan. Kemudian di cek datanya, setelah cocok langsung menuju ruangan untuk antri menuju bilik suara. Setelah mencoblos atau memberikan hak suaranya, tangan wajib di celupkan tinta untuk menandai sudah memilih.

pemilihan kepala desa

Uang Tengahan

Perpolitikan tingkat desa memang sudah lumrah dengan namanya money poitics. Uang dapat menggerakkan suara. Bagi calon kepala desa yang punya modal besar, kemungkinan besar akan terpilih menjadi kepala desa. Baik di Rengel ataupun Pohkecik saya melihat ada praktik money politics dalam pemilihan kepala desa. Di Pohkecik sendiri salah satu calon kepala desa memberikan janji, jika beliau terpilih maka tiap pemilih mendapatkan uang 50.000 (lima puluh ribu).

pemilihan kepala desa pohkecik


Uang 50.000 tersebut memang belum diterima sebelum pencoblosan, atau istilahnya serangan fajar. Untuk itulah kedua calon kepala desa pohkecik ini membuat kesepakatan dengan panita dengan memberi uang tengahan yang jumlahnya disepekati berdua. Uang tengahan ini sebenarnya sebagai pengganti kehadiran atau uang transport untuk mengganti uang yang dikeluarkan pemilih. Besarnya 30.000 (tiga puluh ribu rupiah).
Saya sendiri kaget ketika keluar dari ruang pencoblosan, disitu saya dan istri diberi amplop yang ternyata uang tengahan tersebut.

pemilihan kepala desa pohkecik

Setelah penghitungan suara selesai sampai sore hari, calon yang menjanjikan uang 50.000 jika terpilih tersebut ternyata benar-benar terpilih. Dan tanpa menunggu waktu lama, keesokan harinya beliau langsung memberikan uang 50.000 kepada seluruh warga pohkecik tanpa terlewat satupun. Jadi jika ditotal, saya dan istri mendapatkan uang 160.000 (seratus enam puluh ribu rupiah) karena istri saya dapat 80.000 begitu pula saya.

Saya sudah mewanti-wanti kepada diri saya sendiri, bahwasanya uang yang diberikan calon kepala desa itu sama saja dengan praktik suap dengan membeli suara. Memang jaman sekarang ini dianggap lumrah dan sepertinya halal-halal saja. Tapi saya meragukan kehalalannya, dari pada ragu mending dijauhi saja. Saya tidak sedang sok beriman atau sok tidak butuh duit karena uang bisa dicari dari jalan yang lain yang halal.
Yang lebih membanggakan sekali, istri saya sejalan dengan saya dengan mengiyakan apa yang saya perintahkan. Boleh diterima untuk menghargai pemberian orang lain, tapi kita sedekahkan semuanya kepada orang lain. Jadi kita ini posisinya sebagai makelar saja.

Kisah jurnal tidak setia kawan sepenuhnya terjadi pada diri saya sendiri dalam jurnal pemilihan kepala desa pohkecik dan kenyataannya saat ini saya masih setia kawan dengan jalan yang saya yakini. Uang masih bisa di cari, tapi jika uang itu senilai 1-10 juta apa saya masih kuat? semoga saja tidak ada yang menggoda saya dengan uang sebesar itu.

105 komentar:

  1. mas agus masuk dusun kasiyan ya, betul sekali mas uang bisa di cari, daripada kita makan uang segitu kalau uang 10 atau 20 juta terima saja mas eheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf bapak - bapak, ibu - ibu dan sesepuh saya nyoblos pertamax hehehe

      Delete
    2. betul mang...nah semoga saja tidak ada orang gendeng yang mau menawarkan uang segitu mang, bisa bahaya nanti

      Delete
    3. wadoh mang...hidung saya kecoblos, jadi upil saya keluar nih

      Delete
    4. saya rasa kalau tingkat desa gak ada yang bagi - bagi uang segitu mas, tapi kalau tingkat Kabupaten ga tahu...

      Delete
    5. wah bagus dong mas, upilnya keluar, berati mas agus harus kasih saya uang, hitung - hitung ke dokter aja mas eheheh

      Delete
    6. ya bisa aja dong mang...menawarkan kontrak kerjasama gituh. kalau kerjasamanya halal langsung sikat ya mang?heehehe
      lha mang yono harus kasih saya uang juga, uang parkir mang..uang parkir.

      Delete
    7. nah kalau begitu baru boleh mas, misalnya pak kepala desa mau buat jembatan, atau mau beli kereta sepur minta tolong ke mas agus mas agus dikasih 20 juta kan ga apa - apa mas ya?

      Nanti mas kalau uangnya saya udah terima dari mas agus ,saya kasih uang parkirnya ke mas agus

      Delete
    8. Mamang kalau bikin jembatan kan mau nyumbangkan alat berat kan? Komatsu...komatsu

      Delete
    9. Ikutan simak saja saya sambil manggut-manggut dan duduk Manis
      Menatap sahabat yang bergumam di artikel kerenya Nas Agus ini :-d

      Delete
    10. Tuh kan kesasar kata saya juga Maaf Mas, Maksude Mas Agus eeehh
      Malah Nas Agus maaf Mas gak di sengaja. gara-gara manggut2 hehhe :D

      Delete
    11. yuk kita makan sukun rebus saja, sambil gelar sepanduk

      Delete
    12. saya pesan pentol aja mas...

      Delete
  2. katanya hari ini ada bilangan unik, mayan menggoreskan sejarah dengan bilangan unik,
    ayo temans temans tandai bilangan unik ini dengan menulis, maka sejarah telah terukir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bilangan unik apa mas, sayah malah belum paham

      Delete
    2. ohh iya mas, saya baru maksud.

      Delete
    3. hahah masih siang mas hahah...

      yang lain pada kemana ya?...

      Delete
    4. kalau siangan dikit di buka ya bajunya?apa bajunya mang yono cuci kering pakai ?

      Delete
    5. kalau baju saya malah jemurnya di badan mas, cuci langsung pakai.

      Delete
    6. 11-12-13 Unik ya. Hiehiheiheie. Ini pas hari ini adalah Ulang Tahun Pernikahan kami yang ke-8 juga sudah nulis pendeeeeeeeeeeeeeek bangeds. Hiehiehiehiehiehiheiheiheiheiheiheihe

      Delete
    7. Angka apa sih tuh ? apa sudah keluar angkanya ?

      Delete
    8. tadinya saya mau nikah di tanggal ini loh...tapi kelamaan ah dulu nunggunya heheh

      Delete
    9. oh iya ya, 11 12 13...wah jan kenapa saya baru sadar setelah sudah siang gini...

      Pak Asep, selamat atas ultah pernikahannya ya, semoga keluarganaya semakin samawa

      Delete
    10. Bilangan unik. .ayo kita ukir atau oret sejarah kita. .:)

      Delete
    11. angka yang membuat kita bisa ndlongop

      Delete
    12. Ya tentu beda dong mas agus. .:)
      Coba deh tanya Om Google apa perbedaan Unik dan Menarik . .:)

      Delete
    13. unik itu ada unsur menariknya, jika menarik belum tentu unik

      Delete
  3. 50 ribu hmm 80 ribu bisa dipake buat apa? 1 2 hari juga habis buat makan sekeluarga, sia sia kalo harus milih pemimpin yang amburadul kaya gitu, hak suara yang disia-siakan,

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul banget...jadi serba salah ya mas...mau golput, dikira bukan warga negara yang baik, mau milih tapi kok calonnya kayak gitu...

      Delete
    2. tidak apa-apa yang penting kita ketemu tetangga di kantor desa.
      iya kan ?

      Delete
  4. Prinsip yg bagus, jika meragukan, jauhi. Lagian cuma 160rebu...

    Kl 160 miliar, baru deh mikir2... wkwkwkwkwk...

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu dia mas....makanya doanya kan semoga tidak ada orang gendeng

      Delete
  5. Ada kalanya praktek itu sebagai ucap syukur dari kepala Desa yang baru, maka dia mengeluarkan uang sebesar itu Kang, mungkin saja hal ini berkaitan dia memang memiliki niat yang baik, namun kalau kita selalu berburuk sangka juga sih kayanya kena ke diri kita juga. (he,, he,, he,,,) piss ah...... mashi ada sisanya gak ?

    Salam,

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah ini dia , niat kan tidak kelihatan pak, nanti takutnya niatnya salah, mending buang aja.hehehe
      sisanya ? amplopnya doangan pak

      Delete
  6. saya hadir dulu mas agus...tapi belum sempat baca...
    mau koment nice share mas agus :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. segera polbek balik deh.....
      saya lempar polibek aja ya

      Delete
    2. boleh mas...asal jangan dilempar ubi cilembu satu karung aja hehe

      Delete
  7. betul banget Pak Agus, acung jempol untuk Bapak yang satu ini.

    kalau dipikir-pikir, uang 180 ribu tu dapetnya juga tak seberapa, paling untuk makan 2 hari juga habis...makannya sih enak, tapi bayangkan, tubuh kita diberi asupan gizi yang tak jelas kehalalannya, kalau jadi daging, daging itu akan terus terbawa seumur hidup...belum lagi ibadah kita yang akan sia-sia selama 40 hari...naudzubillah. relakah? tentu tidak.

    sayangnya banyak yang belum sadar tentang praktek money politic ini. Padahal beliau-beliau kan bukan sembarangan orang, pastinya orang-orang terpelajar yang berniat memimpin suatu daerah..kok ya masih bisa belum bisa belajar fair game... Harus dilatih main sepak bola dulu kayaknya biar bisa diajak main secara fair.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepak bola kita mana fair mbak ? sama aja mbak dengan politisi, lha wong pengurusnya aja orang-orang politik. hehehe....
      takutnya nanti kalau hayyu tidak manut sama saya, gitu aja mbak

      Delete
  8. Selamat siang Mas Agus selamat memilih Bapak Untuk memimpin Desa Mas Agus yah
    Semoga kelak yang terpilih seorang Kepala Desa yang arip dan bijaksana semoga juga
    Nanti yang menangya bukan dari yang suap menyuap yang di ceritakan sobat di koment
    paling atas. ternyata pilkades juga ada budaya suap menyuap yah Mas berarti sama
    Kaya di desa saya. semoga Masyarakat memilih nya sesuai dengan hati dan Nuraninya
    Bukan hanya dengan iming-iming Rupiah berapa pun. bagus artikelnya Mas salam sukses

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin...masyarakat sudah menganggap uang suap itu uang halal kok mas, jadi repot sekarang

      Delete
  9. ckckckck, bener-bener sudah mendarah daging yah.. dari struktural terbawah samapi paling atas, baru juga kepala desa gimana nanti kalau mau jadi gubernur, atau Presiden? Hancur peradaban manusia :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. santai saja mbak, biar kan saja hancur kalau memang saatnya hancur yang penting kita siap-siap aja. dengan bekal yang cukup

      Delete
    2. hehehe, nyantai amat jawabnya...
      good :)

      Delete
    3. kayak di pantey kata kang lembu

      Delete
  10. Nah ini dia sisi negatif pemilihan langsung, berpeluang money politik,
    Sdh saat nya masyarakat lebih bijak memilih pemimpinnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau sisi positifnya kita tau yang dipilih siapa ya bu ?

      Delete
  11. Semoga kepala desa yang terpilih menjalankan amanahnya dengan baik. .
    sehingga desa yang dipimpin dapat lebih maju lagi. .:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju sama mas pudan lubis,,, :D

      Delete
    2. maju apanya nih ? semoga yang baik-baik deh

      Delete
    3. Thank mas @ awhnymous X.
      Salam Kenal. Ijin Follow ya. Jangan LUPA folback. .:)

      Delete
    4. silakan di polbek, eh kalau saya nih ya..saya tidak menjamin akan folbek lho ya, jadi jangan folbek saya lho

      Delete
  12. wah sudah pemilihan aja nih ya pak,,,

    ntar siapapun yang jadi kepala desa semoga bisa mengayomi rakyatnya,,,

    ReplyDelete
  13. Betul sekali mas Agus bahkan saya sempat terkaget-kaget bahwa yang namanya pemilihan kepala desa di daerah itu penuh dengan money plitic. Jujur saja dari dulu hingga saat ini saya termasuk orang yang kurang begitu peduli dengan yang namanya pemilihan umum, baik itu pemilihan presiden, gubernur, bupati bahkan kepala desa sekalipun saya belum pernah menggunakan hak pilih saya sebagai warga negara.

    Dan baru pada tahun ini saya menggunakan hak pilih saya ketika di daerah istri saya ada pemilihan kepala desa karna kebetulan saya sudah menjadi warga daerah disana. Sementara di daerah kelahiran saya (Lebak) hingga saat ini saya belum pernah menggunakan hak pilih saya. Dan jujur saja saya sempat terkejut karena yang namanya politik uang di daerah istri saya itu udah lumrah dan terjadi dari jaman dulu turun temurun hingga saat ini. Kesimpulannya, bagi Calon Kepala Desa yang mempunyai harta melimpah besar kemungkinan untuk bisa menjadi seorang kepala desa tapi bagi yang gak berduit sangat kecil peluang untuk bisa terpilih jadi kepala desa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah ini dia yang berpotensi korupsi, ada uang bantuan dari pemerintah di embaaat sendiri untuk mengembalikan modal.
      kemudian untuk mengurus surat2 pasti harus bayar untuk kejar setoran.
      kalau sudah gini kita yang milih malah rugi besar

      Delete
    2. Betul banget mas, hampir semua calon pemimpin di Republik ini pasti berpikir seperti itu walaupun mungki masih ada sebagian kecil yang jujur tapi rasanya di jaman seperti ini susah sekali menemukan sosok pemimpin yang seperti itu. Inilah salah satu dampak akibat biaya untuk menjadi seorang pemimipin yang begitu besar, sehingga ketika calon tersebut terpilih dan menjadi seorang pemimpin daerah udah barang pasti yang dipikirkannya bagaimana modal yang dia keluarkan bisa kembali.

      Delete
    3. sama halnya dengan menjalani profesi tertentu yang awalnya saja sudah mengeluarkan uang besar. Saat ia jadi dan menjalani profesi tersebut ada indikasi untuk memperkaya diri dengan tujuan mengembalikan modalnya.
      Dengan menihilkan tugas yang dia emban, misi kemanusiaan menjadi nomer sekian.

      Delete
  14. salut buat mas agus dan mbak nia,,setuju dengan paparannya mas.
    semoga kita terhindar dari uang2 yang datangnya tidah berkah ya,,hidup ga cuma di dunia saja toh..hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah ini pemikiran kedepan yang bagus..
      namanya juga hidup mampir ngombe ya mbak.
      hehehe

      Delete
    2. ikutan 11 12 13 nya mas..hehehe ga nyambung

      Delete
    3. sialakan mbak yulita, nanti kasih tau suaminya ya..biar dapat kado

      Delete
  15. Udah umum ya mas yang namanya serangan fajar, harus dilawan sma serangan duha kayanya yah hehe...

    Mas Agus dapet angpaw berapa dari calon kades mas, ambil aja uangnya, nyoblos belakangan

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha Bisa aja Nihh Mas Muroi

      Delete
    2. dapat angpow total 160 ribu mas, itupun saya kasihkan ke ibu

      Delete
  16. tradisi money politik itu yang ampe sekarang sy kurang srek, soalnya dilema. Nah sy punya cerita teman yang dikampungnya pemilihan desa, kandidat itu gak canggung lg buat ngasih uang asalkan pilih dia, eh setelah dia tid terpilih, hampir aja uang maw ditarek kembali. hmmm blm kepilih saja sudah bgtu apalgi sudah terpilih ... apa kata desa .... ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu dia, langkah semacam ini memang polemik banget bagi hatinya yang kurang mantep kok mas, kalau saya sih mau dikasih atau tidak yang penting saya nyoblos istri saya

      Delete
  17. Yang pasti happy deh mas ya..karena kalau tidak ada uang pelicinnya nggak bisa jalan alias pada mogok..dikampung saya kalau pas (atak)/pemilihan kades seperti itu kok

    ReplyDelete
    Replies
    1. dimanapun saya kira sama kok mbak, asal kita mau aja membendung diri sendiri terhindar dari praktik suap

      Delete
  18. ih, entah kenapa ya, saya alergi sama yang begini2, mau jadi kepala desa aja serius banget sih,
    smuanya mau jadi penguasa padahal dibalik smua itu cuma mau duit,
    alhamdulillah sejauh ini seumur hidup saya golput dalam bentuk pemilihan penguasa apapun..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ujung-ujungnya memang duit yang dicari, masalah kerjaan urusan belakangan kok mas, amburadul dan semprul banget kan

      Delete
  19. idealisme yang sdah sangat langka saat ini mas agus, mestinya mas agus jadi calonnya, saya dukung 100 persen
    suap, sogok sdah sampe pada tingkat bawah, baru denger ada istilah uang tengahan, pinggiranya lebih besar ya...:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. pinggiran bervariasi mas ada yang 50 ribu sampai 100 ribu..
      kalau tengahan ini kesepakatan calon

      Delete
  20. wuiih...kaya banget tuh yang kepilih jadi kades itu ya....hati-hati kang...kewajiban akang dan rakyat semua untuk mengawal perjalanan pemerintahannya jangan sampe kades baru itu cari ng'balikin modal dulu...maaf terlalu dalem, soalnya saya kan juga orang desa...sedikit-sedikit tau lah gituh...permainan politik didesa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya kang, saya tau karena bapak saya dulu pernah jadi perangkat desa, dan anggaran dana pasar dan bantuan lah yang di mainkan..
      kang hadi sendiri semoga terhindar dari praktik curang ya...

      Delete
  21. haghahaha, biasa nya disebut serangan fajar :D..

    duitnya diterima, pilihannya beda :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. kebanyakan sih begitu mas, atau bahkan dicoblos semua biar adil :)

      Delete
    2. kalau saya , duitnya tak terima tapi tak kasihkan orang lain, saya ndak mau konsumsi uang itu, masalah milih tetap sesuai selera saya.

      Delete
  22. salut untuk mas Agus dan istri, kalo semua orang memiliki pendirian seperti itu pasti politik uang ga akan pernah terjadi... tapi sayang sekarang lebih banyak yang pragmatis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. karena uang adalah tujuan utama bagi sebagian orang, kalau saya uang adalah alat bukan tujuan

      Delete
  23. klo di tempat kami mas... sampai 200 ribu... tp gak ada yang mo jadi kepala desa sih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. banyak juga ya mas, emang kenapa mas kok tidak ada

      Delete
    2. wong gak di gaji... tapi harus bertanggung jawab... hehehe

      Delete
    3. iya ya mas, lagian apa yang di cari kalau sudah demikian

      Delete
  24. waduh sudah nggak kebagian tempat duduk nih :d
    biar datang belakangan yang penting saya ikut nyoblos mas,
    amplopnya.....? :hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. amplopnya nanti kalau GA nya kang ucup cair, ya...
      hehehehe

      Delete
  25. saya belum sependapat Mas, kalo uang itu tetep kita terima tapi kita "makelarkan" buat si mustahiq. ini tetep uang suap menurut saya. bahkan lebih dari sekedar syubhat lho.
    ini menurut saya loh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah ada yang meluruskan langkah saya.
      seperti mendapat pencerahan nih mas..saya juga sependapat dengan mas zach...dan langkah kedepan saya adalah menolak bentuk suap apapun bentuknya.
      mungkin sikonnya tidak mendukung sih mas, musuh tetangga sih rada agak gak enak kalau ekstreem gitu

      Delete
    2. iya sih Mas, hehe... memang isu sensitif soal ini.
      kalo di kami (saya masuk dalam komunitas ini) di sini, ada "uang ragu2", seperti bunga bank dan uang honor rapat.
      ini bagi kami sifatnya syubhat, dan kami memiliki rekening bersama yang namanya "Rekening Dana Syubhat". Ini hanya bisa disumbangkan untuk pembangunan infrastruktur (bikin jalan, jembatan, etc) atau semacamnya. sedangkan kalo uang pemberian dengan adanya kontraprestasi dari kita, maka itu masuk kategori suap, yang bahkan tidak boleh untuk dialihkan ke pembangunan infrastruktur sekalipun..

      Delete
    3. kalau ada komunitas dan itu sejalan, saya sangat senang mendengarkannya...
      masalah syubhat ini saja sudah berdosa saat kita mengambilnya ada yang berpendapat demikian, apalagi yang jelas kadar keharamannya.
      baiklah...next action, no suap...dan istri saya sudah klop dengan saya, artinya uang bukan tujuan tapi alat untuk mencapai tujuan.
      sipp banget mas..
      sejuk

      Delete

Silakan Tinggalkan Komentar Sesuka Hati, Bebas
Link Hidup ? Jangan Deh

Blog Archive