Home » » Relevansi Realisme Dalam Kehidupan Bertetangga

Relevansi Realisme Dalam Kehidupan Bertetangga

Relevansi realisme dalam kehidupan bertetangga. Dulu kala ketika masih menjadi mahasiswa, saya diajari oleh dosen saya tentang realisme dalam hubungan internasional. Realisme merupakan salah satu perspektif dalam studi ilmu hubungan internasional, dimana asumsi dasar dari kaum realisme bahwa manusia pada dasarnya itu jahat atau lebih ke konfliktual yang berujung pada perang. Pada level negara, kaum realis memandang negara sebagai aktor tunggal (state centric) yang selalu mencurigai negara lain khusunya negara tetangga sebagai potensi musuhnya. Karena anggapan seperti ini suatu negara harus memiliki dan membangun kekuatan yang sebesar-besarnya dan sekuat-kuatnya untuk pertahanan dan keamanannya. Sistem internasional bersifat anarki dan konflik internasional itu given bukan by desain. Kepentingan nasional setiap negara harus diperjuangkan, sedangkan kepentingan nasional tiap negara tidak sama. Dalam kamus kaum realis sangat sulit terjadi kompromi atau kerjasama dengan negara lain. Setiap negara akan menghitung cost and benefit untuk kepentingan nasionalnya dan tidak ada negara yang bersedia berkorban untuk kepentingan negara lain.

Dalam perspektif realisme, power adalah indikator seberapa besar dan kuat negara tersebut. Semakin besar power yang dimiliki semakin mudah untuk mengejar national interest bagi negara tersebut. Karena mempunyai bargaining positon yang kuat dan disegani oleh negara lain. Oleh karena itu negara wajib berlomba-lomba mengupgrade national powernya khusunya militer. Dalam mewujudkan kepentingan nasionalnya dapat dilakukan dengan cara apapun, tidak ada lawan atau kawan yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan. Barangkali ungkapan seperti ini yang cocok untuk menggambarkannya.Saya sendiri suka dengan pemikiran realisme ketika menjadi mahasiswa dulu walaupun sekarang muncul pemikiran baru seperti Neo realisme, konstruktivisme, feminisme dan lain-lain.

Nah sekarang kita turunkan levelnya, bukan pada level negara, tapi level keluarga. Keluarga satu dengan keluarga lain yang bertetangga apa iya seperti orang realis. Jawabannya juga tergantung dari keluarga masing-masing. Ada kehidupan bertetangga yang harmonis (walau tidak mulus) ada juga yang penuh dengan persaingan. Misal tetangganya punya barang baru sudah bingung harus bisa menyaingi, kadang tidak ada tegur sapa sama sekali. Kalau punya tetangga seperti ini rasanya pengen pindah rumah saja dari pada dibetah-betahkan juga akirnya menjadi dongkol sendiri.

Sebenarnya tidak ada relevansinya antara realisme dalam hubungan internasional dikaitkan dalam kehidupan bertetangga. Lha wong realis itu pemikirannya orang barat, sedangkan kita orang timur masih memegang adat dan tenggangrasa yang tinggi. Minta daun ketela pada tetangga aja masih boleh kok, hehe. Selain itu tepo sliro terhadap tetangga itu hukumnya wajib tanpa bisa ditoleransi. Tulisan ini hanyalah keinginan saya mengenang masa-masa perkuliahan, itung-itung nostalgia dengan mata kuliah sekaligus mengingat muka dosen pengampunya. Nulis tulisan ini pun harus membaca kembali tentang ajaran realisme, maklum dulu termasuk mahasiswa yang terbelakang dalam membaca. hehe

10 komentar:

  1. .. wachhhhh,, biasa nya sich kalo kayak gitu kampung nya individu. dapat dikatakan kayak kampung aq nich. walo pun bukan perumahan, namun kayak gitu. tapi kalo bertegur sapa sich, pasti ada. he..86x. tapi aq nyaman^ aja tuch, daripada kayak rumahnya temen aq yang tetangga nya pada suka nimbrunk sana sini. he..86x. upzZz,, kalo bicara tentang negara, kayak yang terjadi kemaren^ itu ya?!? tentang negara tetangga sebelah itu. he..86x ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang agak susah kalau kita berhadapan dengan banyak isi kepala, berbeda warna tapi itu yang bikin asik, hehe

      Delete
  2. aaah.. yang realistis ajah mas.. hihihii

    ReplyDelete
  3. postingan yg sangat menarik, dapat menambah wawasan buat saya mas
    terima kasih banyak sudah berbagi

    ReplyDelete
  4. betul juga jaman sekarang banyak yang saling iri antar tetangga,, heheeee

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mas khususnya di desa2 masih banyak yang seperti itu

      Delete
  5. Masa kuliah salah satu masa yang paling indah dalam hidup ini. Sayang sekali tidak ada 'mesin waktu' untuk kita masuk kedalamnya kembali. Mata kuliah yang amat berkesan untuk dibagikan bagi para blogger. Dalam kehidupan nyata banyaklah warna-warni kita temui. Bagaimana hidup di lingkungan perumahan, perdesaan, perkotaan, di kantor, perusahaan dan sebagainya. Manusia memang ada 'sisi positif' dan 'sisi negatif'nya. Dibutuhkan 'kepintaran' memanage keduanya untuk 'berjalan' di 'rel yang lurus'. Ulasan yang menarik. Salam sukses Sobat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sobatku.
      ilmu yang diperoleh seharusnya dibagikan untuk hal-hal yang bermanfaat.
      saya setuju dengan ulasan mas herdoni ambil sisi yang baik bagi kita dan masyarakat sekitar untuk berjalan di rel yang lurus

      Delete

Silakan Tinggalkan Komentar Sesuka Hati, Bebas
Link Hidup ? Jangan Deh

Blog Archive