Dalam perspektif realisme, power adalah indikator seberapa besar dan kuat negara tersebut. Semakin besar power yang dimiliki semakin mudah untuk mengejar national interest bagi negara tersebut. Karena mempunyai bargaining positon yang kuat dan disegani oleh negara lain. Oleh karena itu negara wajib berlomba-lomba mengupgrade national powernya khusunya militer. Dalam mewujudkan kepentingan nasionalnya dapat dilakukan dengan cara apapun, tidak ada lawan atau kawan yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan. Barangkali ungkapan seperti ini yang cocok untuk menggambarkannya.Saya sendiri suka dengan pemikiran realisme ketika menjadi mahasiswa dulu walaupun sekarang muncul pemikiran baru seperti Neo realisme, konstruktivisme, feminisme dan lain-lain.
Nah sekarang kita turunkan levelnya, bukan pada level negara, tapi level keluarga. Keluarga satu dengan keluarga lain yang bertetangga apa iya seperti orang realis. Jawabannya juga tergantung dari keluarga masing-masing. Ada kehidupan bertetangga yang harmonis (walau tidak mulus) ada juga yang penuh dengan persaingan. Misal tetangganya punya barang baru sudah bingung harus bisa menyaingi, kadang tidak ada tegur sapa sama sekali. Kalau punya tetangga seperti ini rasanya pengen pindah rumah saja dari pada dibetah-betahkan juga akirnya menjadi dongkol sendiri.
Sebenarnya tidak ada relevansinya antara realisme dalam hubungan internasional dikaitkan dalam kehidupan bertetangga. Lha wong realis itu pemikirannya orang barat, sedangkan kita orang timur masih memegang adat dan tenggangrasa yang tinggi. Minta daun ketela pada tetangga aja masih boleh kok, hehe. Selain itu tepo sliro terhadap tetangga itu hukumnya wajib tanpa bisa ditoleransi. Tulisan ini hanyalah keinginan saya mengenang masa-masa perkuliahan, itung-itung nostalgia dengan mata kuliah sekaligus mengingat muka dosen pengampunya. Nulis tulisan ini pun harus membaca kembali tentang ajaran realisme, maklum dulu termasuk mahasiswa yang terbelakang dalam membaca. hehe
.. wachhhhh,, biasa nya sich kalo kayak gitu kampung nya individu. dapat dikatakan kayak kampung aq nich. walo pun bukan perumahan, namun kayak gitu. tapi kalo bertegur sapa sich, pasti ada. he..86x. tapi aq nyaman^ aja tuch, daripada kayak rumahnya temen aq yang tetangga nya pada suka nimbrunk sana sini. he..86x. upzZz,, kalo bicara tentang negara, kayak yang terjadi kemaren^ itu ya?!? tentang negara tetangga sebelah itu. he..86x ..
ReplyDeletememang agak susah kalau kita berhadapan dengan banyak isi kepala, berbeda warna tapi itu yang bikin asik, hehe
Deleteaaah.. yang realistis ajah mas.. hihihii
ReplyDeleteaaah..jangan terlalu realistis , hehe
Deletepostingan yg sangat menarik, dapat menambah wawasan buat saya mas
ReplyDeleteterima kasih banyak sudah berbagi
sama2 pak, terima kasih kunjungannnya
Deletebetul juga jaman sekarang banyak yang saling iri antar tetangga,, heheeee
ReplyDeletebetul mas khususnya di desa2 masih banyak yang seperti itu
DeleteMasa kuliah salah satu masa yang paling indah dalam hidup ini. Sayang sekali tidak ada 'mesin waktu' untuk kita masuk kedalamnya kembali. Mata kuliah yang amat berkesan untuk dibagikan bagi para blogger. Dalam kehidupan nyata banyaklah warna-warni kita temui. Bagaimana hidup di lingkungan perumahan, perdesaan, perkotaan, di kantor, perusahaan dan sebagainya. Manusia memang ada 'sisi positif' dan 'sisi negatif'nya. Dibutuhkan 'kepintaran' memanage keduanya untuk 'berjalan' di 'rel yang lurus'. Ulasan yang menarik. Salam sukses Sobat.
ReplyDeleteterima kasih sobatku.
Deleteilmu yang diperoleh seharusnya dibagikan untuk hal-hal yang bermanfaat.
saya setuju dengan ulasan mas herdoni ambil sisi yang baik bagi kita dan masyarakat sekitar untuk berjalan di rel yang lurus