Home » , » Bahagia Kok Sederhana

Bahagia Kok Sederhana

Siapa yang tidak ingin bahagia?Bahagia itu sendiri ada di hati hanya yang punya hati yang bisa merasakannya dan setiap orang berbeda merasakan kebahagiaannya. Dan saya sendiri menyandingkan rasa bahagia itu dengan bentuk syukur. Misal saya tiap hari bekerja naik kereta api berangkat pagi pulang malam. Saya mensykurinya karena saya bisa bertemu dengan keluarga tiap hari, dan itu menjagi kebahagiaan bagi saya. Dibandingkan dengan naik bis dan naik motor, saya lebih untung dengan naik kereta api. Jika saya tidak bersyukur dan berandai-andai, jika saja saya bekerja di Mojokerto dsb (bukan bermaksud tidak boleh berandai-andai) pasti enak. Dan saya tidak pernah mengeluhkan tentang apa yang saya alami, saya menikmatinya dan saya bisa menemukan dunia sendiri saat menggunakan transportasi kereta api.

kereta api dhoho

Bentuk kebahagiaan kecil tetapi rasa bahagianya luar biasa saya alami bersama istri saya kemarin, tanggal 16 Juni 2014. Saat itu istri saya sedang ada bimbingan di Surabaya, otomatis berangkat bersama dengan saya naik kereta api dan kami berpisah di stasiun gubeng karena beda tujuan. Rencananya kami pulang bersama, naik kereta api juga (KA Rapih Dhoho) jam keberangkatan dari Stasiun Gubeng pukul 16.55 WIB. Saat pulang menuju stasiun saya menunggu di dekat Palang pintu kereta api Gubeng (PJL 8) karena istri saya naik angkutan umum untuk menuju stasiun.

Mendekati pukul 16.00 WIB urusan istri belum kelar juga, agak cemas juga karena takut nantinya di tinggal kereta Dhoho. Sepuluh menit berikutnya urusan selesai dan istri langsung naik angkot dengan perkiraan waktu tempuh ke stasiun 30 menit. Namanya juga sopir angkutan ingin cari penumpang sebanyak-banyaknya, jalannya pelan dan sering berhenti di pertigaan. Hingga sampai dekat stasiun pukul 16.55 WIB dan saya lihat KA Dhoho sudah datang dan sebentar lagi akan berangkat. Istri saya turun dari angkot langsung saya ambil tasnya dan saya ajak untuk berlari mengejar kereta. Kami tidak lewat pintu masuk stasiun, tetapi lewat samping dekat PJL 8 yang memang sebagai jalan "tikus".

Terdengan dari pengeras suara bahwa kereta api segera diberangkatkan, jarak kami dengan kereta sekitar 100 meter lagi, dan kami berlari mengejar kereta api. Saya dengan tas ransel dan membawa tas istri saya berlari sekuat tenaga agar tidak telat. Karena istri tidak pernah berlari,  maka saya sesuaiakn kecepatan lari saya sambil menyesuaikan tingkat kecapekan dan nafas istri. 50 meter mendekati lokmotif yang sudah dibunyikan bel nya sebagai tanda kereta berangkat saya melambaikan ke arah pak Masinis agar sedikit melambatkan jalannya lokomotif, dan direspon oleh beliau. Akhirnya kami bisa masuk kereta Dhoho dengan kondisi kereta sudah jalan pelan-pelan. Yang kami rasakan saat itu adalah bahagia yang luar biasa, bersyukur karena tidak ketinggalan kereta Dhoho.

Memang bentuk kebahagiaannya kecil, namun itu sudah membuat saya bersyukur. Jika kami ketinggalan kereta api, jadwal keberangkatan berikutnya adalah jam 16.20 (KA Arjuno) dan jam 19.05 (KA KRD Kertosono) yang bisa dipastikan jam pulang kami menjadi malam. Maka dari itu judul tulisannya "bahagia kok sederhana ya?".

14 komentar:

  1. hehe..sy jg ngerasaan kebahagian ini mas
    laria2an nelusurin panjangnya jembatan penghubung halte busway hampir setiap hari..

    kadang suka pingin jitak jg tuh supirnya.. ndak mau nunggu barang berapa detik buat penumpang yg udah ngos2-an berlari
    emang busway kejar setoran kaya metromini..apa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo busway kan ada jalannya sendiri. nyambung kan?

      Delete
  2. mas agus nggak sosweet deh.. masak mbak nina di ajak lari sih mas.. di gendong donk mas biar kayak film film romantis gitu hehehehe :)

    ReplyDelete
  3. bener kok mas ketika naik kereta api ada kesenangan tersendiri ketika melihat pemandangan kiri kanan apalagi ketika melintas dipersawahan yang hijau, terus ketika melintas perempatan jalan yang ramai semua kendaraan harus berhenti hanya karena sebuah kereta lewat

    ReplyDelete
    Replies
    1. lebih asyik lagi kalo keretanya bisa terbang

      Delete
  4. Waahaha untuk urusan diGendong jadi ingat lagunya Almarhum Mbah Surip. Hieiehiehiehiee. Naik kereta memang terasa nikmat jika keretanya bersih, indah, nyaman, pelayanannya bagus, tidak telat, dan makanannya enak enak. TErakhir saya Naik kereta jurusan Semarang - Bekasi naik Agro Anggrek. Wawwww kerennnnnnn

    ReplyDelete
  5. romantis sekali kayak di film-film di TV itu lho, mas.......

    ReplyDelete
  6. lebih bahagia lagi kalo keretanya sekalian nganter sampe depan rumah, hehehe.
    tapi anyway, saya bisa merasakannya. jarang to kereta mau berlaku seperti tu Mas?
    kereta terkenalnya ninggalin penumpang, bukan nungguin penumpang. tapi ini kan penumpangnya istimewa, railfans pasti kebaca dari auranya, itu yang dilihat dari masinis dari kaca spionnya

    ReplyDelete
  7. waw ... jarang - jarang loh mas, masinis seperti itu, mungkin masinisnya sudah kenal ke mas Agus, khan tiap hari naik kereta itu ya...

    Seperti di filem - filem ya mas berlari lari, sambil bernyanyi ... bagus nih kalau dibuat filem romantis judul Suami istri tak jadi ketnggalan kereta ... hehehe

    ReplyDelete
  8. iaa tepat sekali Bahagia itu sederhana, menghargai hal hal kecil dahulu, ooh iyaa, stasiun Kertosono udah tutup kan bang ? ga beroperasi lagi kayaknya...

    salam blogger....

    ReplyDelete
  9. kasihan istrinya disuruh lari-lari. kenapa tidak sms saja sama kondekturnya , disuruh nunggu gitu :)

    ReplyDelete
  10. bahagia itu penuh syukur dan nikmat ya om :)

    ReplyDelete
  11. mampir kembali ke t4 mas Agus, lama ga kemari, wkk...
    setuju mas, bahagia itu sederhana. asalkan kita bersyukur.
    bersyukur tidak ketinggalan kereta & selamat sampai tujuan.

    ReplyDelete

Silakan Tinggalkan Komentar Sesuka Hati, Bebas
Link Hidup ? Jangan Deh