Bentuk kebahagiaan kecil tetapi rasa bahagianya luar biasa saya alami bersama istri saya kemarin, tanggal 16 Juni 2014. Saat itu istri saya sedang ada bimbingan di Surabaya, otomatis berangkat bersama dengan saya naik kereta api dan kami berpisah di stasiun gubeng karena beda tujuan. Rencananya kami pulang bersama, naik kereta api juga (KA Rapih Dhoho) jam keberangkatan dari Stasiun Gubeng pukul 16.55 WIB. Saat pulang menuju stasiun saya menunggu di dekat Palang pintu kereta api Gubeng (PJL 8) karena istri saya naik angkutan umum untuk menuju stasiun.
Mendekati pukul 16.00 WIB urusan istri belum kelar juga, agak cemas juga karena takut nantinya di tinggal kereta Dhoho. Sepuluh menit berikutnya urusan selesai dan istri langsung naik angkot dengan perkiraan waktu tempuh ke stasiun 30 menit. Namanya juga sopir angkutan ingin cari penumpang sebanyak-banyaknya, jalannya pelan dan sering berhenti di pertigaan. Hingga sampai dekat stasiun pukul 16.55 WIB dan saya lihat KA Dhoho sudah datang dan sebentar lagi akan berangkat. Istri saya turun dari angkot langsung saya ambil tasnya dan saya ajak untuk berlari mengejar kereta. Kami tidak lewat pintu masuk stasiun, tetapi lewat samping dekat PJL 8 yang memang sebagai jalan "tikus".
Terdengan dari pengeras suara bahwa kereta api segera diberangkatkan, jarak kami dengan kereta sekitar 100 meter lagi, dan kami berlari mengejar kereta api. Saya dengan tas ransel dan membawa tas istri saya berlari sekuat tenaga agar tidak telat. Karena istri tidak pernah berlari, maka saya sesuaiakn kecepatan lari saya sambil menyesuaikan tingkat kecapekan dan nafas istri. 50 meter mendekati lokmotif yang sudah dibunyikan bel nya sebagai tanda kereta berangkat saya melambaikan ke arah pak Masinis agar sedikit melambatkan jalannya lokomotif, dan direspon oleh beliau. Akhirnya kami bisa masuk kereta Dhoho dengan kondisi kereta sudah jalan pelan-pelan. Yang kami rasakan saat itu adalah bahagia yang luar biasa, bersyukur karena tidak ketinggalan kereta Dhoho.
Memang bentuk kebahagiaannya kecil, namun itu sudah membuat saya bersyukur. Jika kami ketinggalan kereta api, jadwal keberangkatan berikutnya adalah jam 16.20 (KA Arjuno) dan jam 19.05 (KA KRD Kertosono) yang bisa dipastikan jam pulang kami menjadi malam. Maka dari itu judul tulisannya "bahagia kok sederhana ya?".
hehe..sy jg ngerasaan kebahagian ini mas
ReplyDeletelaria2an nelusurin panjangnya jembatan penghubung halte busway hampir setiap hari..
kadang suka pingin jitak jg tuh supirnya.. ndak mau nunggu barang berapa detik buat penumpang yg udah ngos2-an berlari
emang busway kejar setoran kaya metromini..apa?
kalo busway kan ada jalannya sendiri. nyambung kan?
Deletemas agus nggak sosweet deh.. masak mbak nina di ajak lari sih mas.. di gendong donk mas biar kayak film film romantis gitu hehehehe :)
ReplyDeletesambil slow motion dong
Deletebener kok mas ketika naik kereta api ada kesenangan tersendiri ketika melihat pemandangan kiri kanan apalagi ketika melintas dipersawahan yang hijau, terus ketika melintas perempatan jalan yang ramai semua kendaraan harus berhenti hanya karena sebuah kereta lewat
ReplyDeletelebih asyik lagi kalo keretanya bisa terbang
DeleteWaahaha untuk urusan diGendong jadi ingat lagunya Almarhum Mbah Surip. Hieiehiehiehiee. Naik kereta memang terasa nikmat jika keretanya bersih, indah, nyaman, pelayanannya bagus, tidak telat, dan makanannya enak enak. TErakhir saya Naik kereta jurusan Semarang - Bekasi naik Agro Anggrek. Wawwww kerennnnnnn
ReplyDeleteromantis sekali kayak di film-film di TV itu lho, mas.......
ReplyDeletelebih bahagia lagi kalo keretanya sekalian nganter sampe depan rumah, hehehe.
ReplyDeletetapi anyway, saya bisa merasakannya. jarang to kereta mau berlaku seperti tu Mas?
kereta terkenalnya ninggalin penumpang, bukan nungguin penumpang. tapi ini kan penumpangnya istimewa, railfans pasti kebaca dari auranya, itu yang dilihat dari masinis dari kaca spionnya
waw ... jarang - jarang loh mas, masinis seperti itu, mungkin masinisnya sudah kenal ke mas Agus, khan tiap hari naik kereta itu ya...
ReplyDeleteSeperti di filem - filem ya mas berlari lari, sambil bernyanyi ... bagus nih kalau dibuat filem romantis judul Suami istri tak jadi ketnggalan kereta ... hehehe
iaa tepat sekali Bahagia itu sederhana, menghargai hal hal kecil dahulu, ooh iyaa, stasiun Kertosono udah tutup kan bang ? ga beroperasi lagi kayaknya...
ReplyDeletesalam blogger....
kasihan istrinya disuruh lari-lari. kenapa tidak sms saja sama kondekturnya , disuruh nunggu gitu :)
ReplyDeletebahagia itu penuh syukur dan nikmat ya om :)
ReplyDeletemampir kembali ke t4 mas Agus, lama ga kemari, wkk...
ReplyDeletesetuju mas, bahagia itu sederhana. asalkan kita bersyukur.
bersyukur tidak ketinggalan kereta & selamat sampai tujuan.