Maksud menulis judul janji penjahit bukan ingin menjatuhkan pasar para penjahit (tailor) atau merendahkan martabat penjahit sebagai sebuah profesi. Penjahit seperti kebanyakan profesi lainnya mengandung resiko sendiri-sendiri, tentunya semua pekerjaa itu mengandung resiko. Baik resiko buruk (tidak laku) maupun resiko baik (terkenal).
Obral Janji
Keinginan kami (keluarga kecil) untuk memiliki pakaian yang pas dengan ukuran tubuh menjadikan kami semangat untuk menjahitkan pakaian. Dengan memilih model serasi (tidak harus kembar) kami memutuskan membeli kain di kota mojokerto ( penyebutan kota, karena kami tinggal di desa). Tukang kain sudah hafal dengan ukuran seseorang dan beliau menyarankan ukuran yang pas untuk membuat satu baju pria dan satu baju wanita. Maksud hati ingin memakai pakaian pada hari raya idul fitri. Karena suatu hal, pergi ke penjahit rasanya menjadi berat atau malas sekali, akhirnya baju baru di serahkan ke penjahit setelah hari raya idul fitri.
Kain kami serahkan pada penjahit yang baru kami kenal (baru pertama mempercayakan) referensi dari teman. Di janjikan oleh penjahit dua minggu sudah jadi karena minggu pertama beliau repot ada hajatan sudaranya meng khitan kan anaknya. Rentan dua minggu tersebut kami menuju penjahit tersebut dan hasilnya nihil, bahkan kain pun masih utuh di dalam plastik. Di janjikan lagi minggu depan, minggu depan kami datang kembali, belum juga di garap. Di janjikan lagi minggu depan baru jadi satu stel baju seragam kreja istri saya, sedangkan baju pasangan belum jadi.
Sudah enam (6) kali kami datangi belum jadi juga dengan alasan yang masuk akal juga (atau memang sudah biasa bikin alasan, hehe). Terakhir keadaan kain sudah di potongi dan di janjikan hari selasa tanggal 01 Oktober sudah jadi. Tapi kami tidak berniat mengambilnya hari selasa, sekalian saja hari sabtu biar tidak kecewa kembali. Dan yang terkhir tadi saya tidak bersedia menemui tukang jahitnya takut karena kebawa emosi karena di remehkan oleh penjahit dengan janjinya.
Sepertinya penjahit memang harus bergelut dengan janji kepada para konsumennya, walaupun tidak semua penjahit demikian. Semua tergantung pribadi masing-masing penjahit.
Manajemen Waktu
Jika saja penjahit yang saya percayai itu bisa memanage waktu, mungkin keterlibatan dengan umbar janji bisa diminimalisasi. Katakanlah satu hari bekerja 9 jam, dalam sembilan jam tersebut harus bisa membuat berapa stel pakaian. Jika penjahit langganan istri saya bisa membuat 6 stel pakaian dalam satu hari maka sembilan jam bisa menbuat minimal 3 stel pakaian. Belum lagi masalah serobot menyerobot, orang baru datang minta di dahulukan dengan margin 2 hari jadi dan celakanya itu dilayani.
Andaikan garapan banyak dan menunmpuk, tidak usah menerima order terlebih dahulu atau bisa saja memberi jaminan pakaian jadi dalam waktu satu tahun. Kalau waktu satu tahun tidak jadi ya kebacut tukang jahitnya.
Membuat janji dan tidak menepati janji merupakan langkah kurang bijak dari penjahit (yang saya percayai) dan saya memaafkan atau tidak menganggap saya di janjikan oleh penjahit tadi agar beliau tidak menanggung dosa. Lebih baik pastikan waktunya dan tepati waktu yang telah di pastikan tadi. Sekali lagi saya tidak menghujat tukang jahit (profesi penjahit), cuma sharing unek-unek pribadi saya, syukur-syukur ada penjahit yang bisa membenahi diri dari tulisan ini. Begitulah.
Obral Janji
Keinginan kami (keluarga kecil) untuk memiliki pakaian yang pas dengan ukuran tubuh menjadikan kami semangat untuk menjahitkan pakaian. Dengan memilih model serasi (tidak harus kembar) kami memutuskan membeli kain di kota mojokerto ( penyebutan kota, karena kami tinggal di desa). Tukang kain sudah hafal dengan ukuran seseorang dan beliau menyarankan ukuran yang pas untuk membuat satu baju pria dan satu baju wanita. Maksud hati ingin memakai pakaian pada hari raya idul fitri. Karena suatu hal, pergi ke penjahit rasanya menjadi berat atau malas sekali, akhirnya baju baru di serahkan ke penjahit setelah hari raya idul fitri.
Kain kami serahkan pada penjahit yang baru kami kenal (baru pertama mempercayakan) referensi dari teman. Di janjikan oleh penjahit dua minggu sudah jadi karena minggu pertama beliau repot ada hajatan sudaranya meng khitan kan anaknya. Rentan dua minggu tersebut kami menuju penjahit tersebut dan hasilnya nihil, bahkan kain pun masih utuh di dalam plastik. Di janjikan lagi minggu depan, minggu depan kami datang kembali, belum juga di garap. Di janjikan lagi minggu depan baru jadi satu stel baju seragam kreja istri saya, sedangkan baju pasangan belum jadi.
Sudah enam (6) kali kami datangi belum jadi juga dengan alasan yang masuk akal juga (atau memang sudah biasa bikin alasan, hehe). Terakhir keadaan kain sudah di potongi dan di janjikan hari selasa tanggal 01 Oktober sudah jadi. Tapi kami tidak berniat mengambilnya hari selasa, sekalian saja hari sabtu biar tidak kecewa kembali. Dan yang terkhir tadi saya tidak bersedia menemui tukang jahitnya takut karena kebawa emosi karena di remehkan oleh penjahit dengan janjinya.
Sepertinya penjahit memang harus bergelut dengan janji kepada para konsumennya, walaupun tidak semua penjahit demikian. Semua tergantung pribadi masing-masing penjahit.
Manajemen Waktu
Jika saja penjahit yang saya percayai itu bisa memanage waktu, mungkin keterlibatan dengan umbar janji bisa diminimalisasi. Katakanlah satu hari bekerja 9 jam, dalam sembilan jam tersebut harus bisa membuat berapa stel pakaian. Jika penjahit langganan istri saya bisa membuat 6 stel pakaian dalam satu hari maka sembilan jam bisa menbuat minimal 3 stel pakaian. Belum lagi masalah serobot menyerobot, orang baru datang minta di dahulukan dengan margin 2 hari jadi dan celakanya itu dilayani.
Andaikan garapan banyak dan menunmpuk, tidak usah menerima order terlebih dahulu atau bisa saja memberi jaminan pakaian jadi dalam waktu satu tahun. Kalau waktu satu tahun tidak jadi ya kebacut tukang jahitnya.
Membuat janji dan tidak menepati janji merupakan langkah kurang bijak dari penjahit (yang saya percayai) dan saya memaafkan atau tidak menganggap saya di janjikan oleh penjahit tadi agar beliau tidak menanggung dosa. Lebih baik pastikan waktunya dan tepati waktu yang telah di pastikan tadi. Sekali lagi saya tidak menghujat tukang jahit (profesi penjahit), cuma sharing unek-unek pribadi saya, syukur-syukur ada penjahit yang bisa membenahi diri dari tulisan ini. Begitulah.