Surabaya termasuk kota besar yang masih bersahabat bagi pejalan kaki seperti saya. Masih di sediakan trotoar yang bersih dan nyaman bagi saya dan pejalan kaki lainnya. Kenyamanan trotoar jalan di surabaya juga relatif karena kooperatifnya para penyalahguna trotoar sebagai lapak untuk jualan. Mereka mua untuk berpindah tempat menjauh dari trotoar. Masalah lain muncul bagi saya ketika saya harus menyeberang jalan di jalanan Surabaya yang bagi saya sudah padat di jam tertentu. Walaupun padatnya Surabaya masih kalah dengan padatnya kendaraan di Jakarta atau kota besar lainnya.
Saya tiap hari harus menyebenrang jalan sembarangan bukan pada tempatnya. Seharusnya menyeberang jalan memang pada zebra cross dan kalau ada jembatan penyeberangan orang (JPO) serta ada lampu merah tersendiri khusus untuk pejalan kaki yang ingin menyeberang. Fungsi dari "JPO" ini sendiri sangat penting untuk keselamatan penyeberang begitu juga lampu trafic untuk penyeberang jalan. Lain lagi dengan zebra cross yang di Indonesia menjadi kurang aman jika di gunakan untuk menyeberang. Menyeberang di zebra cross harus berhati-hati karena pengemudi sekarang jarang yang memperhatikan dan mendahulukan penyeberang jalan di zebra cross. Walaupun ada yang tidak peduli cuma beberapa pengemudi saja dari roda empat dan paling banyak tidak peduli itu dari roda dua yang selalu tidak mau mengalah dengan penyeberang di zebra cross. Jadi miris melihat dan mengalami sendiri menyeberang di zebra cross masih saja di klakson, seharusnya seperti di pelajaran PMP dulu penyeberang itu di dahulukan pengendara harus mengurangi kecepatan radius beberapa meter sebelum zebra cross.
Tiap hari saya berangkat kerja dengan berjalan kaki diatas trotoar jalan yang relatif nyaman dan aman sampai pada ujung jalan saya harus menyeberang. Celakanya fasilitas zebra cross , jembatan penyeberangan orang dan lampu trafic khusus untuk orang menyeberang jaraknya jauh. Bahkan JPO tidak ada sama sekali.
Saya terpaksa harus menyeberang jalan sembarangan dengan berhati-hati mendahulukan kendaraan lewat dulu menunggu sepi baru menyeberang. Saya paling tidak berani menyeberang jalan dengan serampangan menyetop kendaraan lain. Kalau pas lagi apes pasti kena tabrak seperti tukang tambal ban sebelah mess tempat saya kerja habis di tabrak sepeda motor. Saya membutuhkan waktu minimal 5 menit untuk menyeberang jalan dan memastikan sudah tidak ada kendaraan yang lewat, atau keadaan jalan sudah aman dan memungkinkan untuk saya menyeberang. Saya tidak langsung menyeberang memotong jalan tapi berhenti di tengah jalan atau median jalan dulu baru menyeberang di ruas jalan berikutnya. Hati-hati merupakan cara dan usaha saya untuk selamat dalam menyeberang tidak semborono langsung menyeberang malah nanti berakibat buruk bagi saya.
Saya menyadari kalau menyeberang jalan sembarangan yang saya lakukan tiap hari itu salah dan mengandung resiko kecelakaan, tapi mau menyeberang kemana lagi fasilitas penyebarangan jalan berjarak sangat jauh tidak memungkinkan bagi saya menyeberang yang benar pada fasilitas penyeberangan jalan. Akhirnya saya harus melanggar aturan karena memang tidak ada fasilitas penyeberangan.
Saya tiap hari harus menyebenrang jalan sembarangan bukan pada tempatnya. Seharusnya menyeberang jalan memang pada zebra cross dan kalau ada jembatan penyeberangan orang (JPO) serta ada lampu merah tersendiri khusus untuk pejalan kaki yang ingin menyeberang. Fungsi dari "JPO" ini sendiri sangat penting untuk keselamatan penyeberang begitu juga lampu trafic untuk penyeberang jalan. Lain lagi dengan zebra cross yang di Indonesia menjadi kurang aman jika di gunakan untuk menyeberang. Menyeberang di zebra cross harus berhati-hati karena pengemudi sekarang jarang yang memperhatikan dan mendahulukan penyeberang jalan di zebra cross. Walaupun ada yang tidak peduli cuma beberapa pengemudi saja dari roda empat dan paling banyak tidak peduli itu dari roda dua yang selalu tidak mau mengalah dengan penyeberang di zebra cross. Jadi miris melihat dan mengalami sendiri menyeberang di zebra cross masih saja di klakson, seharusnya seperti di pelajaran PMP dulu penyeberang itu di dahulukan pengendara harus mengurangi kecepatan radius beberapa meter sebelum zebra cross.
Tiap hari saya berangkat kerja dengan berjalan kaki diatas trotoar jalan yang relatif nyaman dan aman sampai pada ujung jalan saya harus menyeberang. Celakanya fasilitas zebra cross , jembatan penyeberangan orang dan lampu trafic khusus untuk orang menyeberang jaraknya jauh. Bahkan JPO tidak ada sama sekali.
Saya terpaksa harus menyeberang jalan sembarangan dengan berhati-hati mendahulukan kendaraan lewat dulu menunggu sepi baru menyeberang. Saya paling tidak berani menyeberang jalan dengan serampangan menyetop kendaraan lain. Kalau pas lagi apes pasti kena tabrak seperti tukang tambal ban sebelah mess tempat saya kerja habis di tabrak sepeda motor. Saya membutuhkan waktu minimal 5 menit untuk menyeberang jalan dan memastikan sudah tidak ada kendaraan yang lewat, atau keadaan jalan sudah aman dan memungkinkan untuk saya menyeberang. Saya tidak langsung menyeberang memotong jalan tapi berhenti di tengah jalan atau median jalan dulu baru menyeberang di ruas jalan berikutnya. Hati-hati merupakan cara dan usaha saya untuk selamat dalam menyeberang tidak semborono langsung menyeberang malah nanti berakibat buruk bagi saya.
Saya menyadari kalau menyeberang jalan sembarangan yang saya lakukan tiap hari itu salah dan mengandung resiko kecelakaan, tapi mau menyeberang kemana lagi fasilitas penyebarangan jalan berjarak sangat jauh tidak memungkinkan bagi saya menyeberang yang benar pada fasilitas penyeberangan jalan. Akhirnya saya harus melanggar aturan karena memang tidak ada fasilitas penyeberangan.