Tenggang rasa dapat diartikan (sepengetahuan saya) saling menghargai, menghormati perasaan orang lain. Atau gampangannya tidak membuat orang terusik dan tersinggung karena perbuatan kita. Boleh bertindak, boleh melakukan pekerjaan asal tidak mengganggu orang lain, atau bisa mengkondisikan diri. Jika konsep tenggang rasa dimiliki oleh setiap individu, betapa indahnya kehidupan sosial ini. Tapi namanya juga manusia, ingin di pandang lebih oleh manusia lain, padahal resepnya dihargai orang lain ya harus menghargai orang lain terlebih dahulu.
Pagi di stasiun mojokerto ketika berangkat kerja dengan KRD, alhamdulillah mendapat tempat duduk karena jarang sekali penumpang mojokerto mendapat tempat duduk, jadi perlu di syukuri. Duduk dengan tempat duduk 3 berhadapan dengan wajah yang saya kenal, tapi tidak tau namanya. Lima orang ini saya familiar semua dan saling bertegur sapa, tapi tidak tau nama masing-masing dari mereka, aneh kan?. Saya tidak berniat memejamkan mata karena menunggu kondektur yang bernama pak Mulyono, mencek karcis saya kemudian baru memejamkan mata. Tanggung jika saya tidur kemudian di bangunkan pak Mulyono ini, nanti malah tidak bisa tidur lagi. Kurang lebih 30 menit perjalanan teman saya ini terusik tidurnya oleh obrolan di tempat duduk belakang kami. Ternyata ada 5 ibu-ibu yang sepertinya bukan penumpang biasanya, terlihat dari obrolan mereka. Ibu-ibu setengah metropolis ini naik dari stasiun kertosono, awal dari keberangkatan kereta KRD. Sejak dari kertosono jam 04.00 WIB mereka berlima terlibat obrolan yang tidak putus-putus, alias ngecopros terus. Saking asiknya mereka tidak memperdulikan orang lain yang kondisi tubuhnya berbeda, yang tiap hari melaju dari desa ke kota.
Salah satu dari teman saya menegur gerombolan ibu-ibu setengah metropolis tadi, "ngomong ae gak uwis-uwis" (ngobrol aja gak habis-habis). Dengan santai dan cengengesan dua dari lima ibu tadi menyaut dengan kompak "yo wes tho, wong lambe-lambe ku dewe" (biarin, lha ini bibir-bibir saya sendiri). Saya hanya tersenyum dalam hati, apakah seperti ini kualitas orang jaman sekarang. Mana rasa tenggang rasa itu?apakah tenggang rasa itu sudah punah?entahlah. Jika posisi saya dalam gerombolan ibu-ibu itu, maka saya akan menyetop obrolan itu, atau barangkali masih ingin ngobrol, cukup dipelankan saya sekiranya tidak mengganggu yang lain. Bagaimana jika saya nyumet mercon saat itu juga, ada yang kaget, saya bilang mercon-mercon saya sendiri kok situ yang sewot, nah ini tidak benar.
Lebih sialnya lagi, teman saya itu malah membalas perkataan gerombolan ibu tadi dengan menyulut rokok kretek, hasil dari beli eceran di warung tetangganya. Maksud hati ingin membuang asap rokok pada gerombolan ibu tadi untuk serangan balik. Tapi yang kena malah temannya sendiri, yaitu saya yang malah plempeken dengan asap rokok. Karena saya tidak merokok dan menghindari asap rokok (rokok pasif) malah tenggang rasanya jadi berantai. Ibu tadi mengusik teman saya, teman saya mengusik saya dan juga teman lainnya. Lha terus saya mengusik siapa?lebih baik saya tidur saja dari pada memikirkan tenggang rasa yang sudah punah. Terbangun di stasiun gubeng dengan tergagap-gagap dan langsung berlari untuk antri membeli tiket. Biso rumongso itu lebih baik dari pada rumongso biso.
hehehe....ngusik mengusik itu adalah pekerjaan saya kala malam hari, tapi baca postingan ini, soal ibu yang punya lambe itu,jadi kasian juga sama perokok pasih itu, ya sudahlah kalau demikia...usik-usik saya ajh deh....
ReplyDeletekang hadi wis gasik, selak arep golek gerombolan ibu2x..kwkkwww
Deletesekali kali ikutan prinsipnya mang lembu, om
Deletekatanya, karena perokok pasif lebih berbahaya ketimbang yang aktif. makanya mending jadi aktifis saja...
aktifis pilkada ya mas
Deletekang cilembu : halah, kalau yang ngusik kang cilembu mah tidak ngefek, paling tinggal ngorok juga sudah kapok, beliaunya, hehe
Deletembak iis : jadi beliau mencari ibu ubi dong,
mas rawins : halah malah jadi aktifis nanti ketangkep silop malah mendekam.
mang yono : aktivis lingkungan hidup mang,
asal masuk nusakambangan malah enak om
Deleteiso bisnis narkoba haha
katanya bisa pesan espegeh juga mas?
DeleteJangan-jangan bisa juga pesan mendoaan di sana ?
Deletespg sudah lama tutup. yang tersisa tinggal sma dan smk :D
Deletehah
Deletepak ejawantah : di kantin mungkin ada pak, hehe
Deletemas rwn : dulu sih ada STM sama smea
mas pay : yuk makan pentol
Soal perokok ini saya juga punya pengalaman beberapa tahun yang lalu. Saat itu dalam angkutan MIKROLET dari Bekasi ke Cililitan. Dalam Mikrolet itu banyak penumpang, termasuk saya di dalamnya. Ada satu orang yang ngepul ngepul merokok namun kami semua diam, padahal asapnya sudah membuat batuk orang.
DeleteKebetulan dalam Mikrolet itu ada perwira polisi, keliatan dari pangkatnya yang menegurnya, Akhirnya rokoknya dimatikan. Dari sini saya menjadi bertanya dalam hati, adakah keberanian kita jika ada tindakan serupa di tempat umum?
kalau saya selalu memikirkan dua kemungkinan. pertama jika orang tersebut bisa ditegur, kedua tidak bisa ditegur dan ngajak berantem. kemungkinan kedua ini yang selalu menjadi momok, karena saya kalahan dalam gelut menggelut
Deletemoso kalahan sih om
Deleteaku dulu berantem dengan karateka dan3 juga menang
*aku dan kawan kawan soale
aku ki kalahan mas, mending gak gelut, hehehe
Deletehahhaaa......lha wong ngomong nganggoo lambe2xne dewe kog do sewot, itulah yg kurangnya etika, sebaiknya diam aja pak...
ReplyDeletediam bukan berarti kalah ya mbak... tapi diam malah tersiksa hehehe
Deletembak iis : katanya lambe wedok itu sangat seksi ya mbak, hehe
Deletemang yono : mengalah berarti kalah dong mang, buktinya tersiksa..hehe
didengarkan aja mas,,,
Deletebuat pengantar tidur d dlam kereta
hehehe, masuk akal juga nih mbak,buktinya saya pulas
Deletekata temen saya ketika saya dijepang : "semua orang memiliki hak nya masing-masing, tapi kita tetap dilarang untuk mengganggu hak orang lain". ^_^
ReplyDeletejadi menurut saya teguran adalah tindakan yang paling tepat, hehe. ^_^
bebas tapi bertanggung jawab dan tidak mengganggu hak orang lain. top banget tuh mas
Deletetegang rasa atau rasanya ada yang tegang liat ibu ibu metropolis..?
ReplyDelete*metropolis ki opo sih..?
indonesia raya katanya bangsa paling ramah tamah. saking ramahnya sampe ga berani negur kalo ada yang mengganggu kenyamanan di fasilitas publik dan pilih gangguin balik sambil ngedumel...
ReplyDeletekalau ditegur ndak bisa harusnya dilempar panci ya mas..
Deleteewuh pakewuh mas, masih di barengi emosi sih mas, jika menegur saja sih tidak masalah, tapi nanti malah bikin emosi jadi diurungkan saja, dan akibatnya ngedumel.
Deletelempar sandal saja mang, gak pake tawar
lempar petasan aja mas, biar semua pada terkejut
Deletebandem bantalan sepur beres, om
Deletehhaa
kejaaaam semuanya nih...bantalan sepur kan atos mercon kan mengandung bahan peledak, enak di itik-itik ae lah
Deleteitik kan nek kecil
Deleterodo gedean dikit entok...
kang pak ies : mboten waantun pak, lha bodi guarde guedeee je.
Deletebecek mentok kuwi biasae digawe tambul mendem towak
nek lebih gede lagi ga bakalan entuk
Delete*diembat tonggo...
hahaha...seneng sing gede-gede, nek aku seneng sing pas sak cakupan
Deletetenggang rasa memang sudah punah ya... sampai sampai ditegur saja cengengesan, tapi yang kasihan lagi tuh perokok pasif ...
ReplyDeletehehehe...saya sudah untung kok mang, lha wong saya tinggal tidur je..kesuweeeeen
Deletemetropolis menurut saya ibu - ibu bohay, mas
ReplyDeleteTenggang rasa menjadi sesuatu yang sangat mahal harganya di era modern ini seperti kisah nyata dalam artikel ini. Tenggang rasa laksana berlian. Tidak setiap orang memilikinya karena mahal harganya. Namun katanya (karena belum pernah kesana) dan saya percaya, di negeri Jepang hal seperti itu tidak akan terjadi. Transportasi kereta api di Jepang sangat favorit. Sangat nyaman bepergian dengan kereta api disana. Orang-orangnya disiplin, tenggang rasa dan santun kepada orang lain. Mengapa kita yang sudah merdeka selama 68 tahun belum bisa meniru mereka (kerja keras dan cerdas, disiplin, tenggang rasa dan santun). Terima kasih sharingnya. Salam cemerlang !
ReplyDeletebetul sekali mas herdoni, ada rasa menggunglkan diri atau pengen diakui oleh orang lain jadi mengesampingkan tenggang rasa. Dimulai dari diri sendiri saja atau dari orang terdekat kita, baru bicara kebiasaan
Deletekata guru saya kalau pelajaran biologi, tegang malah masuk. kalau pelajaran fisika, tegang malah gak masuk,
ReplyDeletemetropolis itu? begitulah........
lho mang yono malah pulgar, bisa dikatakan memperhatikan penampilan lah...
kadang kita hanya bisa diam, bila ketenangan kita terusik. padahal tidak selamanya "diam itu emas" karena dengan diam kita tidak bisa merubah apapun.
ReplyDeletehehehe..nah konteks ini betul, kalau diam itu tak selamanya emas, tapi tetep ada baike
DeleteAku kadang gitu, lebih milih diem..
DeleteTapi nyesek yang ada..
kata mas rawin gak boleh diem dari pada ngedumel, mending main iron man aja deh
Deletenek jegang..?
ReplyDeletenek pedal kuwi dipancal baru medhal ya kan pak ies?
ReplyDeletehahaha
ReplyDeletemending biso rumongso daripada rumongso biso
manteb itu buat orang yang sombong sok pinter padahal ga ngerti blas yo
hehehe...buat pengingat diri saya sendiri aja deh mbak..siapa tahu saya masuk yang itu , hehehe
DeleteKalau sudah di dalam jangan kelamaan ya Kang, nanti kasihan yang di luar. Yang diluar juga harus segera diingatkan. he,, he,,, he,,,
Deleteyang diluar sudah kepanasan ya, okelah gantian kalau gitu, hehe
Deletemau komentar apa ya ..saya bingungg hhehe mas
ReplyDeletelah ini sudah berkomentar, apa kabar mas valen
Deleteenek ae ki ......
ReplyDeletenek kerikil kuwi keri keri ing sikil, nek keripik ?
ReplyDeleteIni artinya apa mas kurang ngerti saya"Biso rumongso itu lebih baik dari pada rumongso biso" :)
ReplyDeleteora biso omong jowo ya pempodo... (*maaf campur bahasa kalimantan
Deletekalau biso rumongso itu menghargai orang lain, kalau rumongos biso itu sombong mas, acuh gitu.
Deletenah saya malah pengen diajari mas pay bahasa kalteng
saya lahir dan besar di kalimantan tapi bahsanya campur aduk mas
Deleteasik tuh mas, pernah tinggal di pulau jawa beberapa saat kan? atau keluarga ada yang di pulau jawa?
Deletemasa kecilnya pindah2 kota terus... mengikuti dinas orang tua
Deletehahha.. lucu critanya mas.. kapan-kapan mas agus coba aja "nyumet mercon" nya... ntr kalau ada yang marah bilang aja "mercon-mercon saya" gitu aja.. hahahaha
ReplyDeletewes wong jaman sak iki memang koyo ngono klakuane mas... gor mikir udele dewe.. (iya donk.. mosok arep mikirke udele koncone) wkwkwkwkwkwk
nek mikir udele uwong yo repot mas,di seneni bojoku lak an.
DeleteHa,,,, ha,,,, ha,,,,, delematis kehidupan masyarakat yang sudah melupakan nilai suatu tradisinya untuk berbudi luhur.
ReplyDeleteSalam wisata
wani ngalah luhur wekasane jarene pak, hehehe
DeleteAsal jangan berat saja pikulannya pak Ies. he,, he,, he,,,,
ReplyDeleteLambe-lambeku dewe, mau tak sobek-sobek yang terserah aku dewe :)
ReplyDeleteKalau tidak mau mendengarkan tutup telinga saja :)
Mercon lagi mahal om :D
hehehe....lebih enak lagi kalau tidur mas, wes gak ngurus lambene uwong
Delete:D Aku nggak ikut komentar lho mas ..
ReplyDeletelha ini komentar gitu lho mas , ah mas nazar ini tak itik-itik
Deletehahahaha, perumpaan merconnya itu langsung membuka pikir,, tapi membaca komentar sobat jangkaru bumi diatas, jadi ikutan mesem, malah ngakak dwe lho mas...emang do ngeyel yo..
ReplyDeletetengang rasa memang sudah pergi jauh ditrjang kapitalis yang terus membumi.. klo dulu anak anak cium tangan pakai hidung, jaman sekarang mereka caraa menciumnya pakai kening.. itu seperti isyaroh, bahwa hati jarang digunakan ketimbang pikir. jadi mikire duwek duwekku dewe itu tadi, hehehe
hehehe..dapat pelajaran dari pak wisata. konon katanya hewan lebih berarti dari pada manusia, orang kehilangan kambing dipikir sampai malam. orang kehilangan mertua malah seneng, aneh kan pak ? hehehe
Deletetenggang rasa yang berantai dari kebisingan ibu2, lalu serangan asap rokok, lalu di posting ke blog, lalu di baca ibu, lalu blog nya jadi bahan pembicaraan ibu2 di kereta api, lalu bapak2 membuat asap rokok, lalu di psoting di blog lagi, lalu di baca ibu2 lagi, lalu di jadikan bahan obrolan ibu2 di kereta..... hhh capek...
ReplyDeleteibu2 tadi mencari di google dengan judul tenggang rasa didalam kereta kemudian jadi bahan obrolan lagi, orang sebelah telah mempublikasikan kelakuan kita-kita.
Deletemakanya obrolan ibu2 pasti tentang tenggang rasa dari blog mas agus... jadi...
Deletejadi mumet deh..hehehe
Deletepak ies : keri keri ing pikir, hehe
ReplyDeletepak eja : pikulannya mirip gagang pacul sih
hehe... saya bisa merasakannya sebagai sesama pengguna kereta komuter begitu. memang jan Mas, nek saya aluwung meneng tok ae selama perjalanan.
ReplyDeletejangan meneng ae lah
Deletesekali kali musti bergerak
dan jangan lupa bernafas lik...
heehe nasib orang yang mengutamakan keenakan orang lain. Sebenarnya saya nulis ini tidak ngedumel kok, cuma cerita kalau teman saya yang ngedumel, kalau saya santai aja.
Deletekalau tidak bernafas katanya menghayati lho mas..
cuma ngedumel di blog wkwkwkwk.. peace..
Delete